logo
×

Selasa, 29 Desember 2020

Petugas Pemakaman Pedurenan Berjibaku Menggali Kubur Pasien Covid-19

Petugas Pemakaman Pedurenan Berjibaku Menggali Kubur Pasien Covid-19

DEMOKRASI.CO.ID - Canda tawa nampak menghiasi wajah para petugas penggali kubur, pada saat santai usai menggali lubang untuk korban Covid-19 di Taman Pemakaman Umum (TPU) Padurenan, Kota Bekasi.

Diketahui TPU Padurenan telah ditunjuk Pemerintah Kota Bekasi menjadi lokasi pemakaman pasien meninggal karena virus corona atau Covid-19. Sudah hampir lima bulan para petugas berjibaku memakamkan puluhan jenazah Covid-19 di pemakaman ini.

Jumlah jenazah Covid-19 yang dikuburkan di TPU Padurenan mengalami peningkatan pada periode Juni hingga September.

Saat ini, derai tawa mereka mulai terlihat. Mereka sudah bisa lebih lega melepas lelah dan penat sepanjang hampir setengah tahun ini. Pasalnya, kasus kematian karena virus corona di Kota Bekasi mengalami penurunan.

Pada awal-awal merebaknya virus corona, mereka harus bekerja dari pagi hingga larut malam.

“Alhamdulillah mulai sepi ya, jadi bisa begini (santai). Dulu mah boro-boro bisa begini,” kata Edi Haryadi (40), penggali kubur jenazah virus corona di TPU Padurenan.

Dia bercerita tentang deretan perjuangannya bersama rekan-rekannya saat awal pandemi virus corona hingga saat ini.

Saat awal kasus virus corona terjadi di wilayah Kota Bekasi, dia dan teman-temannya harus bekerja ekstra.

Dalam satu hari, petugas pemakaman harus menyiapkan 10 lubang untuk pemakaman pasien meninggal virus corona. Bahkan waktu malam hari, dia dan rekan kerja tak bisa langsung pulang ke rumah.

Petugas makam tetap harus menggali liang kubur untuk pasien yang dikuburkan pada malam hari. Untuk menjaga kesehatan dirinya, dia bisa lima kali mandi dalam satu hari.

Alasannya, seusai memakamkan jenazah pasien virus corona, dia harus langsung mandi agar bersih dan tidak menyebarkan virus ke orang lain.

“Awal-awal mah itu nguburin ada yang jam 11 malam sampai pernah jam 1 malam nguburin yah. Beres itu enggak pulang, tapi harus gali lagi buat persiapan besok,” jelas Edi.

Tak hanya mengorbankan waktu dan tenaganya. Edi juga harus berkorban waktu tak bertemu keluarga hampir satu bulan.

Dia khawatir jika pulang ke rumah akan menularkan virus corona kepada istri dan anaknya.

Apalagi, perlakuan tetangganya kala itu menjauhi dirinya karena khawatir membawa virus ke lingkungannya. Edi bersama teman-temannya menginap di posko di area TPU Padurenan.

Setiap hari, sang istri datang untuk mengantarkan pakaian bersih dan membawa pulang pakaian kotornya.

“Kalau sekarang alhamdulillah, warga sudah paham. Kalau proses ini aman dan enggak bawa virus. Dari situ saya baru berani pulang, itu juga dari TPU mandi, sampai rumah mandi lagi,” ucapnya.

Dia bersyukur karena orang yang dimakamkan telah menurun. Sebelumnya, dia bisa membantu memakamkan 6 hingga 12 jenazah per hari.

Baik itu positif Covid-19 maupun pasien dalam pengawasan (PDP) atau protokol Covid-19. Awal-awal untuk bercanda saja tidak ada waktu, raut wajah juga tegang dan panik.

“Kalau sekarang ya normal kerja aja, dulu kan bisa sampai tengah malam sampai dini hari. Kalau sekarang enggak terlalu banget karena sudah mulai berkurang, sehari satu dua kadang-kadang enggak ada sama sekali,” katanya. (*)

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: