logo
×

Kamis, 16 Juni 2022

Geger Santri NU Ziarah dan Berdoa di Makam Snouck Hurgronje

Geger Santri NU Ziarah dan Berdoa di Makam Snouck Hurgronje

DEMOKRASI.CO.ID - Jagat media sosial (medsos), khususnya Facebook dan Twitter, belakangan ini digegerkan sekelompok santri yang melakukan ziarah kontroversial. Ziarah itu dilakukan di depan makam Christiaan Snouck Hurgronje di Leiden, Belanda. Tangkapan layar itu menunjukkan empat orang sedang berdoa di depan makam Snouck yang diunggah akun Nur Ahmad. Adapun yang memfoto kegiatan itu adalah Ahalla Tsauro.

Beberapa warga di medsos menunjukkan kegeramannya menyikapi ulah mahasiswa sekaligus santri tersebut. Bahkan, secara khusus warga Aceh sangat marah dengan ulah ziarah di makam Snouck yang merupakan agen Pemerintah Hindia Belanda saat menjajah Aceh itu.

Sekelompok santri berziarah dan berdoa di makam Christiaan Snouck Hurgronje.

"Ziarah ke makam Syaikh Abdul Ghaffar atau Christiaan Snouck Hurgronje (8 Februari 1857-26 Juni 1936) di Leiden bersama kawan-kawan sarkub, Adrian Perkasa, Ahmad Ginanjar Sya'ban, Abdulloh Hamid, dan Ahalla Tsauro," demikian keterangan Nur Ahmad dikutip di Jakarta, Kamis (16/6/2022).

Sarkub adalah istilah yang akrab di kalangan santri atau yang lebih luas kaum Nahdliyin untuk menyebut orang-orang yang hobi ziarah ke makam para wali atau tokoh penyebar agama Islam.

Tangkapan layar status tersebut sudah beredar luar di medsos. Bahkan, status itu di akun Facebook juga dikomentari ratusan orang yang mengecam tindakan, yang dianggap menyakiti hati masyarakat Indonesia, khususnya Aceh.

Akun Twitter, @achehsultanate misalnya yang mengunggah foto itu, mendapat ratusan komentar yang mayoritas berisi kritikan dan kecaman atas ulah sebagian pelajar Indonesia yang sedang kuliah di Belanda. "Adek-adek NU cabang Belanda," begitu tulis @achehsultanate menjawab pertanyaan pengikutinya tentang ziarah yang tidak biasa tersebut.

Christiaan Snouck Hurgronje pernah mengaku sebagai Muslim hingga mendapatkan izin dari otoritas Ottoman Empira atau Kesultanan Utsmaniyah hingga bisa masuk ke kota suci Makkah pada 1885. Sebagai orientalis, Snouck mampu membuat para ulama tak segan membimbingnya. Dia kemudian menjadi penasihat resmi Pemerintah Belanda untuk urusan kolonial. Snouck menulis lebih dari 1.400 makalah tentang situasi di Kesultanan Aceh dan posisi Islam di Hindia Belanda.

Dari berbagai analisis yang dibuatnya, Snouck membantu Belanda dalam Perang Aceh (1873-1913). Snouck yang merupakan akademisi Universitas Leiden menggunakan pengetahuannya tentang budaya Islam untuk merancang strategi yang secara signifikan untuk membantu Belanda menghancurkan perlawanan penduduk Aceh.

Belanda pun mampu mengakhiri perang 40 tahun dengan perkiraan korban sekitar 50 ribu dan 100 ribu penduduk Muslim Aceh tewas dan sekitar satu juta terluka. Kekalahan Aceh juga seiring dengan melemahnya Kesultanan Utsmaniyah, yang selama ini kerap memberi bantuan. [republika]

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: