DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Umum DPP Jarnas Mileanies, Muhammad Ramli Rahim angkat bicara terkait hasil survei Center for Political Communication Studies (CPCS) yang dirilis pada Kamis, 4 Agustus 2022 lalu.
Survei CPCS menyebut keputusan Partai NasDem mencapreskan Gubernur DKI Jakarta itu di Pilpres 2024 mendatang justru membawa efek negatif bagi elektabilitas partai.
Elektabilitas Partai NasDem melorot ke angka 2,1 persen setelah sebelumnya mencapai 4,0 persen pada survei Center for Political Communication Studies (CPCS) April 2022 lalu.
Bahkan menurut Tri Okta, Direktur Eksekutif CPCS, keputusan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden membuat NasDem ditinggal oleh sebagian pemilih nasionalis.
Di antara tiga partai yang berpeluang mengusung Anies, hanya PKS yang tampak menikmati kenaikan elektabilitas. PKS meraih elektabilitas 6,0 persen, di bawah PKB (7,1 persen). Sedangkan Demokrat cenderung stagnan (5,3 persen), di bawah PSI (5,6 persen).
Namun disisi lain Menurut Okta, keputusan Nasdem mencapreskan Anies belum tentu sudah bersifat final. Masih ada dua nama lain, yang semuanya bukan dari internal Nasdem.
"Kesimpulan CPCS jelas merupakan logika sesat dan sangat tendensius menyerang Anies. Disatu sisi, Anies dianggap menjadi penyebab turunnya elektabilitas partai Nasdem, disisi lain CPCS sendiri menyatakan bahwa Nasdem tak hanya mengusung Anies tapi juga dua calon lainnya," kata Ramli Rahim dalam keterangan tertulis yang diterima fajar.co.id, Senin (8/8/2022).
Lebih lanjut kata Ramli, CPCS menganggap bahwa penurunan elektabilitas Nasdem karena pemilih nasionalis berpaling dari Nasdem gara-gara Anies Baswedan.
"Padahal ada dua calon lainnya yang bagi sebagian orang adalah calon Nasionalis karena bagi kami para relawan, Anies Baswedan amat sangat nasionalis," tegasnya.
Dia menuturkan, jika pun berhitung pada pemilih nasionalis, kesimpulan tersebut juga tidak nyambung karena elektabilitas PDIP naik dari 18,1 persen menjadi 19,5 persen. Sementara elektabilitas Gerindra dari 8,8 persen naik menjadi 13,2 persen.
"Jadi, kenaikan elektabilitas PDI-P dan Gerindra sebesar 5,8 persen, sementara elektabilitas Partai NasDem hanya turun 1,9 persen. Ini artinya, turunnya elektabilitas Partai NasDem tidak sebanding dengan kenaikan elektabilitas PDI-P dan Gerindra jika berhitung pergeseran suara pemilih nasionalis," urainya.
Sehingga Ramli menyebut CPCS sangat bernafsu membawa Anies ke sudut kanan dan mengupayakan cap radikal dan Islam garis keras ternisbatkan ke Anies.
"Ini seolah terlihat ada hubungan-hubungan antara demo dukungan FPI palsu, lalu Deklarasi Majelis Sang Priseden di Hotel Bidakara Jakarta dengan apa yang diumumkan oleh CPCS," imbuhnya.
"Lima tahun Anies memimpin Jakarta terlihat jelas nasionalisme Anies Baswedan, visi membangun dengan pola gagasan, narasi dan karya telah membuat Jakarta berubah sangat maju," kunci Ramli Rahim. (dra/fajar)