 |
| Ilustrasi |
Pasalnya, beberapa saat lalu muncul juga surat yang berisikan unsur provokatif di media sosial dimana secara garis besar berisikan tantangan dari pihak gereja.
“Hari ini di medsos beredar surat dari GKPPD yang ditandatangani oleh Bishop Elias. Padahal pihak GKPPD sendiri meyakini tidak mengeluarkan surat tersebut. Ini bentuk provokasi, seolah olah ada yang menantang dari gereja disana,” ujar Jeirry ditemui di Gedung Dewan Majelis MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, pada Rabu (14/10/2015).
Diketahui, GKPPD adalah Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi yang berada di dekat daerah Aceh Singkil, namun setelah dikonfirmasi oleh pihak PGI, ternyata pendeta dari Gereja tersebut tidak merasa mengeluarkan surat dan menandatangani surat tersebut.
Jeirry menganggap surat yang beredar tersebut adalah bentuk provokasi yang dilakukan oleh aktor intelektual dalang dibalik peristiwa di Aceh Singkil, dirinya juga mempertanyakan kenapa kejadian yang terjadi di Aceh dan Tolikara terjadi sebelum hari besar.
“Aparat penegak hukum harus mencari orang yang memproduksi surat palsu tersebut, dan semestinya yang harus dicari adalah orang-orang yang berada dibelakangnya karena ini mengganggu keharmonisan,” pungkasnya.
Jurnalis: Arie Dwi Satrio
Okezone
