logo
×

Senin, 26 Oktober 2015

Lius Sungkharisma: Rencana Demo di Glodok Bukan Gertak 'Sambal'

Lius Sungkharisma: Rencana Demo di Glodok Bukan Gertak 'Sambal'

NBCIndonesia.com - Tokoh-tokoh Tionghoa yang di pelopori oleh Lius Sungkharisma semakin gencar berkampanye menolak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk maju dalam Pilkada DKI 2017 mendatang. Lius dan tokoh-tokoh Tionghoa lainnya akan mati-matian berusaha menjegal Ahok agar tidak bisa mengikuti Pilkada DKI 2017.

Lius menilai Ahok hanya pandai mencitrakan dirinya sebagai pejabat yang bersih dan tidak korup. Tetapi, dengan adanya kasus korupsi Rumah Sakit Sumber Waras, jelas membuktikan bahwa Ahok bukan pemimpin yang bersih.

Pengusaha ini mengaku kecewa berat pada Ahok. Menurutnya, banyak juga dari warga Tionghoa di Jakarta yang mengalami kekecewaan yang sama dengan dirinya.

Lius menambahkan, pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober bersama warga Tionghoa yang tergabung dalam komunitas ‘Anti Ahok’ akan menggelar aksi menolak Ahok di Glodok, Jakarta Barat.

“Kita sudah anti Ahok. Bukan karena mulutnya saja yang kasar, tapi itikad dia (Ahok, red) dan hatinya juga dianggap sudah jelek. Jadi rencana demo menolak Ahok di Glodok nanti bukan hanya gertak 'sambal',” pungkasnya, Minggu (25/10) saat ditemui dikawasan pertokoan Glodok.

Ahok telah memutuskan maju sebagai cagub dalam Pilkada DKI 2017 melalui jalur independen. Untuk dapat mengikuti Pilkada persyaratan yang harus dipenuhinya adalah mendapat dukungan sejuta KTP.

Sejak Juni 2015 para relawan yang tergabung dalam ‘Teman Ahok’ bergerilya mengumpulkan KTP, dan hingga Minggu (25/10/2015) telah mendapat 327.439 fotokopi KTP. Ditargetkan sejuta KTP dapat tercapai pada Juni 2016.

Semula Ahok kader Golkar dan terpilih menjadi anggota DPR pada Pemilu 2009. Kemudian mantan Bupati Belitung Timur, Bangka Belitung, itu lompat pagar ke ke Partai Gerindra dan mengikuti Pilkada DKI 2012 sebagai cawagub yang berpasangan dengan Joko Widodo (Jokowi). Duet Jokowi dan Ahok memenangkan Pilkada setelah dua putaran. Saat itu mereka diusung oleh PDI-P dan Gerindra.

Pada 2014 Jokowi terpilih menjadi Presiden. Ahok kemudian naik kelas menjadi gubernur dan dilantik di Istana Negara pada 19 November 2014. Dan pada 2014 itu pula Ahok angkat kaki dari Gerindra, karena tidak sependapat dengan partai besutan Prabowo Subianto tersebut terkait sistem Pilkada. Ketika itu Gerindra mendukung Pilkada lewat DPRD, sementara Ahok lebih setuju Pilkada dengan cara langsung ditentukan masyarakat.

Darmansyah
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: