![]() |
Bekas rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira, Kota Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, Selasa (19/10/2012). Masa pembuangan oleh Belanda di Ende justru memperkaya pengalaman Soekarno tentang pluralisme masyarakat Indonesia.(NBCIndonesia.com/KOMPAS) |
PDI-P berharap, pemiliknya mau melepas rumah tersebut dengan harga yang layak.
Pemerintah Kota Surabaya, kata Ketua DPC PDI-P Surabaya, Whisnu Sakti Buana, berkepentingan menjadikan rumah di Kelurahan Peneleh itu sebagai cagar budaya.
"Pemkot Surabaya punya juga punya niat menjadikan rumah itu sebagai pusat ekonomi kreatif dan studi sejarah," katanya, Selasa (10/11/2015) malam.
Tahun lalu, pemilik rumah itu bersedia melepasnya dengan harga Rp 5 miliar. Dia memprediksi, saat ini nilai jualnya sudah melebihi dari angka tersebut.
"Pemkot hingga saat ini masih keberatan dengan harga itu. Karena itu, saya perintahkan fraksi PDI-P DPRD Surabaya terus melakukan pendekatan kepada pemilik rumah," tambah dia.
Rumah sederhana di permukiman padat penduduk itu kini dihuni Siti Jamilah dan kakak kandungnya, Mahmud.
Rumah tersebut sejak 1990 dibeli Ny Aliyah, ibu Siti Jamilah dan Mahmud.
Tidak jauh dari rumah tempat dilahirkannya Bung Karno itu juga terdapat rumah guru pendiri bangsa, yang juga ketua organisasi Sarekat Islam Hindia Belanda, Hadji Oemar Said Tjokroaminoto.
Kabarnya, Soekarno juga pernah "ngekos" di rumah yang juga sudah ditetapkan sebagai cagar budaya tersebut.
"Karena itu, kawasan Peneleh ingin dijadikan oleh Pemkot Surabaya sebagai pusat studi sejarah," pungkas mantan wakil wali kota Surabaya ini.(kmp)