![]() |
Sebuah foto yang diposting Dewan Revolusi Lokal di Madaya menunjukkan seorang anak kelaparan di Madaya. |
Foua dan Kfarya di provinsi Idlib telah berada di bawah serangan dari kelompok pemberontak untuk lebih dari satu tahun.
Tapi situasi memburuk pada bulan September ketika gerilyawan ditangkap di sebuah pangkalan udara yang digunakan oleh helikopter untuk mengirim makanan kaleng, sayuran dan roti untuk sekitar 30.000 orang.
Di kota Madaya dekat Damaskus, yang telah dikepung oleh pasukan Bashar Al Assad sejak Juli, warga yang putus asa terpaksa makan hewan lokal untuk menangkal kelaparan.
Beberapa warga telah ditembak mati oleh penembak jitu atau diledakkan oleh ranjau saat sedang mengais-ngais makanan, sementara konflik telah melambungkan harga susu bayi menjadi 300 dollar AS untuk ukuran 900 gram.
Pejuang pro-pemerintah baru-baru ini dievakuasi dari dua desa yang terkepung di Foua dan Kfarya menjelaskan kondisi yang menyedihkan di sana dengan makanan dan obat-obatan yang langka, bahkan beberapa warga ada yang makan rumput untuk bertahan hidup dan harus menjalani operasi tanpa anestesi (bius).
"Kehidupan kami di Foua dan Kfarya adalah bencana," kata Hussein Mahdi Kazem (16), seorang pejuang yang terluka.
Dia berbicara dari tempat tidur di Rumah Sakit Rasoul al-Azam Hizbullah selatan Beirut, di mana dia dievakuasi bulan lalu dari Kfarya.
Kota di perbatasan gunung Madaya telah dikepung sejak awal Juli dan kondisinya telah memburuk dengan cuaca dingin dan berkurangnya pasokan makanan.
![]() |
Sebuah foto yang konon menunjukkan seorang pria Suriah mengais-ngais makanan di tumpukan sampah di kota Madaya yang telah dikepung oleh pasukan Bashar Al Assad sejak Juli. | Twitter / Daily News |
Seorang pejabat lokal yang mengidentifikasi dirinya sebagai Samir Ali mengatakan kepada kantor berita Associated Press melalui Skype bahwa harga barang telah melonjak.
Seorang aktivis yang keluarganya ada di Madaya juga mengatakan kepada BBC tentang kepedihan mereka. "Warga sekarat. Mereka makan benda-benda yang ada di tanah. Mereka makan kucing dan anjing."
Dari 23 warga meninggal di Madaya yang tercatat dalam beberapa pekan terakhir, 10 diantaranya disebabkan karena kurangnya makanan. Sedangkan sisanya mati ditembak atau diledakkan oleh ranjau yang ditanam oleh pasukan pro-pemerintah dan Hizbullah, kata Rami Abdurrahman dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Setidaknya, kata Ali, ada 25 pos pemeriksaan untuk mencegah orang pergi.
Tidak diketahui berapa banyak orang tewas di Foua dan Kfarya.
Pejuang yang telah dievakuasi menggambarkan bagaimana orang-orang yang membutuhkan obat di dua desa sering harus mengambil obat-obatan yang telah kedaluwarsa dan ibu-ibu harus menghancurkan butir beras -bila tersedia- dan merebusnya sebagai campuran untuk membuat makanan bayi.
Pawl Krzysiek, juru bicara Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Suriah mengatakan, situasi di desa-desa Foua, Kfarya dan Madaya "sangat mengerikan dan musim dingin membuat sesuatu yang lebih sulit bagi mereka."
Koalisi Nasional Suriah menyerukan kepada PBB dan masyarakat internasional untuk mengirimkan bantuan ke Madaya, dan memperingatkan bahwa penundaan "akan menyebabkan lebih banyak kematian di antara warga sipil tak berdosa."
Anggota koalisi Salah Hamawi mengatakan, anak-anak, wanita dan orang tua dalam kondisi yang sekarat akibat kelaparan dan dingin.
Namun upaya PBB untuk mengirim makanan sering mendapat gangguan oleh salah satu kelompok perlawanan atau pejuang pro-pemerintah, kata Observatorium.
Sebuah kesepakatan yang didukung PBB menyebabkan pada 28 Desember lalu, lebih dari 450 orang dari dua zona perang di Suriah, termasuk 338 orang dari dua desa utara dan 125 orang dari daerah Zabadani dekat perbatasan dengan Lebanon dievakuasi.
Madaya, yang berdekatan dengan Zabadani, bukan bagian dari kesepakatan evakuasi itu, tapi makanan seharusnya bisa masuk.
Pada bulan Oktober, PBB mengatakan telah keliru mengirim ratusan kotak biskuit nutrisi kedaluwarsa untuk warga sipil yang terkepung di Zabadani dan Madaya.
Yacoub El Hillo, koordinator kemanusiaan PBB di Suriah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kesalahan itu terjadi akibat human error.
Ali, pejabat lokal di Madaya, mengatakan beberapa orang jatuh sakit setelah makan biskuit. Dia menambahkan bahwa warga dijanjikan adanya pasokan yang lebih banyak, tapi tidak ada yang dikirim sejak itu. (Daily Mail/Tribunnews)