
NBCIndonesia.com - Sekretaris Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor, KH Amal Fathullah Zarkasyi, menegaskan bila Pondok Pesantren (Ponpes) Gontor tidak ada kaitannya dengan ISIS serta aksi terorisme. Hal itu karena di Ponpes Gontor para santrinya tak diajarkan sama sekali tentang terorisme.
Pernyataan menanggapi pernyataan Emriyeti, ibu Fuadi Yasri, warga asal Karanganyar, Jawa Tengah, yang diduga terlibat dalam jaringan ISIS. Ia menyebutkan, putranya lulusan Ponpes Gontor sebelum melanjutkan kuliah ke Yogyakarta.
Menurut KH Amal Fathullah Zarkasyi, pihaknya tidak bisa mengingat satu per satu alumni Ponpes Gontor karena jumlahnya ribuan. Jadi, menurutnya, itu bukan urusan Ponpes Gontor lagi bila santri tersebut sudah berada di luar ponpes.
"Begini, ini bukan benar atau tidak dia (Fuadi) ini alumnus Gontor. Gontor tak ada kaitannya dengan ISIS atau aksi terorisme. Di Gontor itu jumlahnya almuni tak hanya satu atau dua, tapi ribuan. Jadi, sulit untuk mengingat satu per satu," ujar KH Amal Fathullah Zarkasyi saat dihubungi melalui telepon seluler, Jumat (19/2/2016).
Untuk itu, ia meminta masalah ini tidak dibesar-besarkan, sebab tak menutup kemungkinan ada permainan di belakangnya. KH Amal Fathullah Zarkasyi mencontohkan, setiap pelaku aksi terorisme yang tertangkap ini mengaku berasal dari salah satu ponpes sudah pasti pemberitaannya selalu dibesar-besarkan.
Namun sebaliknya, bila pelaku aksi terorisme ini dilakukan bukan berasal dari ponpes, sudah pasti beritanya tidak akan menonjol. Seperti halnya kejadian baru-baru ini di Tangerang, meskipun orang tersebut nyata-nyata melakukan teror.
Namun karena pelakunya bukan dari ponpes, beritanya tak terlalu dibesar-besarkan. Lain halnya bila pelakunya dari ormas berhaluan keras. Sudah pasti kejadian itu menjadi besar.
"Semisal ada anggota DPR RI tertangkap tangan karena korupsi, berani tidak media menulis DPR itu sarang korupsi. Pasti media tidak berani menulis itu," ujarnya dengan nada tinggi.
"Namun, kalau ada pelaku teroris tertangkap, terus dia mengaku pernah ada di salah satu ponpes, sudah pasti media ramai-ramai memberitakan. Tapi kalau bukan berasal dari ponpes atau berhaluan keras, pasti beritanya tak begitu heboh," ujarnya.
Selain melontarkan keritikan keras terhadap media, KH Amal Fathullah Zarkasyi meminta pemerintah dalam hal ini BNPB tidak terburu-buru memasukkan ponpes ke dalam daftar yang memiliki andil menyebarkan paham radikalisme, sebelum turun langsung memverifikasi ke ponpes.
"Tapi, ini tidak dilakukan. Tahu-tahu ponpes tersebut sudah dimasukkan memiliki andil menyebarkan paham radikalisme. Harusnya diverifikasi dulu, turun ke ponpes," tuturnya.(oke)