logo
×

Jumat, 25 Maret 2016

Habiskan Rp 240 M Buat Referendum, Selandia Baru Batal Ganti Bendera

Habiskan Rp 240 M Buat Referendum, Selandia Baru Batal Ganti Bendera

NBCIndonesia.com - Rakyat Selandia Baru menolak tawaran pemerintah mengganti desain bendera nasional mereka. Dalam referendum yang digelar kemarin, 1,2 juta orang alias 56,6 persen memilih mempertahankan bendera dalam simbol union jack dan empat bintang dengan latar biru. Hanya 43,2 persen rakyat Selandia Baru setuju mengganti bendera lama dengan simbol pakis perak dalam kombinasi latar hitam biru.

The Guardian melaporkan, Jumat (25/3), referendum ini menghabiskan dana 24 juta dolar Selandia Baru (setara Rp 240 miliar). Usulan mengganti bendera itu datang dari pemerintahan Perdana Menteri John Key.

Jurnalis dari Majalah Auckland Metro, Simon Wilson, mengatakan hasil referendum ini menunjukkan betapa PM Key gagal meyakinkan rakyat bahwa idenya punya manfaat. Sejak lama referendum ini dianggap pemborosan, tapi pemerintah Selandia Baru berkukuh melakukannya.

"PM Key sangat gigih meminta rakyat setuju mengganti bendera, padahal jumlah yang menolak sangat tinggi dari hasil jajak pendapat," kata Simon.

PM Selandia Baru John Key (c) REUTERS

Ide mengganti bendera muncul karena desain yang sekarang adalah warisan kolonialisme Inggris, yang pertama kali dibuat pada 1902. Sementara Selandia Baru sekarang merupakan negara merdeka, sehingga sepantasnya memiliki bendera sendiri.

Ide mengganti bendera ini sampai menjadi janji kampanye John Key pada pemilu 2014. Sang perdana menteri itu mengaku malu karena di pelbagai acara resmi maupun di media massa, bendera Selandia Baru tertukar dengan milik Australia yang relatif mirip.

Masalahnya, mengganti bendera ternyata menghabiskan banyak uang rakyat. Sedikitnya ada 10.300 desain yang ditawarkan kepada pemerintah Selandia Baru sebagai kandidat bendera yang baru. Makan waktu dua tahun sampai akhirnya rancangan Kyle Lockwood yang berupa pakis perak terpilih untuk referendum.

Tak heran, 43 persen pendukung PM Key turut mengecam referendum tersebut. Ketika akhirnya bendera pilihannya tak disukai rakyat, Key mengaku kecewa. Tapi dia berkukuh idenya menggelar referendum bukan pemborosan uang negara. "Wacana bendera ini justru mengajak rakyat Selandia Baru membicarakan identitas nasionalnya, terutama cita-cita kita menjadi republik," kata Key berdalih.(mdk)

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: