
Kami Menulis dengan Ide, Serdadu Sosmed Ahok Mengumpat
Sudah lazim di sosial media, kalau serdadu sosmed Ahok bisanya cuma mengumpat. Mereka cuma bisa mengawal tindakan-tindakan fasis Ahok yang acap kali menggusur rakyat, menumpahkan air mata rakyat, menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat. Oleh serdadu sosmed Ahok, mereka membela habis-habisan tindakan fasis majikannya. Lihatlah gaya komentar mereka di facebook, di twitter dan laman sosmed lainnya. Tak ada ide, yang ada cumalah letupan-letupan kebodohan dan amarah.
Mudah mendeteksi serdadu Sosmed Ahok. Mereka para tamatan SMA atau sarjana pengangguran. Lalu direkrut AhokCenter menjadi serdadu cyber war. Mereka dilatih kerja mekanis, tanpa perlu berpikir keras apalagi bervisi. Mereka seperti robot, yang hilang dinamika berpikir. Bekerja berdasarkan skema teknis membela Ahok. Beberapa kali soal ini tersingkap ke publik. Termasuk panduan debat dugaan korupsi Ahok di sumber waras yang bocor ke sosmed.
Mereka serdadu Ahok, bekerja tanpa visi, asal ada honor. Lantas kita bertanya kepada serdadu Ahok itu, kepada siapa keberpihakan mereka? Kepada rakyat yang digusur tempat tinggalnya oleh Ahok? Kepada rakyat yang sumber usahanya hilang karena Ahok? Kepada rakyat yang masa depan anak cucunya pupus karena hilang pekerjaan? Kepada nelayan yang hilang mata pencahariannya akibat digusur Ahok?
Mereka cuma membela tindakan fasis majikannya; Ahok. Mereka anti rakyat kecil. Mereka buta dan tuli, bahwa prospek kemanusiaan, adalah suatu hal yang paling tinggi dari cita-cita pembangunan. Sementara Ahok, menginjak-injak harkat dan martabat kemanusiaan demi pembangunan. Mereka buta dan tuli, bahwa alam adalah elan vital kehidupan. Kita membutuhkan suatu rantai ekologi yang seimbang. Bukan dengan serakah menggagahinya.
Mengeksploitasi teluk Jakarta dengan tendensi investasi yang begitu serakah, adalah kejahatan pemberangusan ekologi dan sosial. Mereka serdadu Sosmed Ahok, memaki kami, karena kami tidak berhenti melawan Ahok yang bertindak jahat dan bengis pada rakyat kecil. Dan kami tak akan pernah berhenti melawan Ahok. Hingga kelak, ia terlihat hina-dina karena kelakuan bengisnya pada rakyat kecil.
Serdadu sosmed Ahok, adalah kumpulan orang yang kehilangan harapan. "Mereka frustasi dengan masa depan republik yang klepto dan sudah endemik. Lantas gelap mata mendukung sang gubernur fasis dan diktator; Ahok, yang tak kalah jauh potensi korupnya."
Mereka serdadu sosmed Ahok, mencari seperak dua perak dengan mengonversi idealisme dan ideologinya. Lihatlah sales-sales politik pengumpul KTP, mereka seperti orang kurang kerjaan nangkring di mall-mall. Luntang-lantung mengumpulkan KTP politik. Mereka adalah orang-orang yang berpura-pura melakukan migrasi kelas, tapi sayang, sampai dua hari menjelang kiamat pun, mereka tetap di bawah telapak kaki Ahok. "Bagi Ahok, mereka serdadu sosmed cuma ayam sayur, yang dibutuhkan sesekali, saat makan siang."
Mereka serdadu sosmed Ahok, adalah kumpulan orang-orang, yang tingkat sensitif kesadaran kelasnya rendah (amnesia). Mereka merasa, seakan-akan sejajar dengan kelas sosialnya Ahok, tapi faktanya, mereka adalah kelas buruh, pekerja, budak dan hamba sahaya. Pasrah pada nasib, menyerahkan diri pada takdir kemapanan politik .
Seharusnya, suasana kebatinan mereka seduduk atau sebangun dengan rakyat kecil yang digusur Ahok. Seharusnya mereka ikut merasakan, betapa perihnya batin buruh nelayan Luar Batang saat diancam dengan bulldozer Ahok. Seharusnya karena kesadaran kelas, mereka bangkit melawan Ahok, minimal melalui penulisan yang berpihak pada orang-orang kecil, asal-muasal serdadu Sosmed Ahok itu.
Tapi sudahlah, toh kami juga cuma menganggap komentar-komentar mereka (serdadu Sosmed Ahok) seperti pepatah “Anjing Menggonggong, Kafilah Tetap Berlalu.” Mereka lupa, bahwa begitulah muslihat suatu kekuasaan, pertama mereka ditidurkan dengan berupa-ruma kamuflase konsepsi dan persepsi, lalu setelah itu, mereka ditindas perlahan-lahan kemudian setelah kemenangan direngkuh.
Seperti cara Ahok, mementahkan kontrak politik warga Luar Batang di Pilgup Jakarta 2012, dan kini orang-orang Luar Batang, diusirnya dari tenah tempat mereka lahir dan dibesarkan. Akhirnya mereka serdadu sosmed Ahok, cuma sampah sosial, tak berguna bagi kelasnya, inlander, yang patuh dan sembah sujud pada kaum kelas mapan seperti Ahok, lalu lupa membela kelas asalnya.
Penulis: Bapak Sosial Media (ks)