logo
×

Rabu, 06 April 2016

Tahun Ini, Harga Karet Diproyeksi Membaik

Tahun Ini, Harga Karet Diproyeksi Membaik

NBCIndonesia.com - Ketua Gapkindo Moenardji Soedargo mengungkapkan bahwa saat ini harga komoditas karet alam mulai mengalami perbaikan di pasar internasional usai adanya kesepakatan antar tiga negara produsen karet alam (Indonesia, Thailand, dan Indonesia).

Moenardji mengungkapkan saat ini harga karet internasional terpantau mengalami kenaikan. Pagi ini, menurutnya, harga karet mentah sebesar US$1.280 per metric ton sedangkan harga sebelum adanya kesepakatan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) hanya sebesar US$1.040 per matric ton.

"Saya yakin cepat atau lambat akan berpengaruh kepada petani. Saat ini sudah naik sekitar US$240 per metrik ton dan saya rasa itu sudah perbaikan yang cukup baik, padahal AETS nya baru mulai berjalan 1 Maret ini," terang Moenardji saat ditemui di Jakarta, Jumat (4/3).

Oleh sebab itu, dirinya optimistis harga komoditas karet akan terus membaik untuk ke depannya akibat barangnya sudah mulai berkurang di pasar.

Saat ini, menurutnya ekspor terbesar untuk remah karet masih ke Amerika Serikat dan diharapkan dengan perbaikan ekonomi global keadaan kedepannya akan menjadi lebih baik meski tetap harus mewaspadai kondisi Tiongkok.

Untuk mengatasi persoalan harga internasional tersebut, dirinya meminta adanya langkah jangka pendek dari pemerintah guna menjaga keberlangsungan dari sektor hulu di petani karet.

"Kita juga meminta untuk adanya peningkatan konsumsi karet di dalam negeri, yang salah satunya dengan menggunakan proyek-proyek infrastruktur yang akan dibagun dengan menggunakan karet," jelas Moenardji.

Sebagai contohnya adalah dengan menggunakan karet sebagai bahan campuran dalam aspal untuk jalan jalan yang dibangun oleh pemerintah. Menurutnya selain meningkatkan tingkat konsumsi karet di domestik aspal karet juga memiliki daya tahan yang jauh lebih baik dibandingkan aspal umumnya.

Lebih lanjut dirinya membantah anggapan bahwa rendahnya harga karet petani karena tidak terserap industri. Menurutnya, yang terjadi adalah sebaliknya karena seluruh produksi petani karet diserap oleh industri karet remahan.

"Produksi karet rakyat habis diserap oleh perusahaan crumb ruber dan tidak ada yang tersisa. Sebab, industri Gapkindo kapasitas terpasangnya hingga 5 juta ton sedangkan produksi petani hanya 3,2 juta ton sehingga kita sebetulnya masih kekurangan," terang Moenardji.

Dari 3,2 juta ton tersebut hanya sebanyak 700 ribu ton untuk mensuplai industri karet hilir di Indonesia sedangkan sisanya habis di serap oleh pasar ekspor. Misalnya saja industri conveyer, sol sepatu hingga industri pabrik ban. (mi)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: