NBCIndonesia.com - Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh P Daulay mengatakan, panitia kerja Badan Penyelenggaran Ibadah Haji (Panja BPIH) kecewa dengan mekanisme kerja tim katering kementerian agama.
Saleh mengungkapkan, dari temuan yang ada, penyediaan katering masih jauh dari aspek profesionalitas. Penentuan perusahaan yang akan menyediakan katering dinilai masih dominan faktor subjektif.
Wajar saja, kata dia, bila tahun lalu banyak jamaah yang mengeluhkan kualitas katering yang disajikan bagi jamaah haji.
"Dalam rapat dengan tim katering, panja BPIH meminta untuk menjelaskan mekanisme karja tim. Dari sistem skoring yang dilakukan, ternyata subjektivitas tim paling dominan. Ada skor 70 persen bagi. negosiasi dengan perusahaan," kata Saleh dalam pesan singkatnya, Jumat (8/4/2016).
Saleh mengatakan, panja BPIH menilai, tim katering itu bekerja setidaknya memperhatikan 4 hal yaitu, cita rasa, aroma, gizi, dan penampilan penyajian. Persoalan cita rasa mendapat sorotan sebab jamaah haji Indonesia akan tinggal di Saudi selama 40 hari.
"Jika makanan yang ada tidak sesuai selera Indonesia, dipastikan jamaah haji Indonesia akan cepat bosan. Akibatnya, ada yang berusaha mencari alternatif makanan lain. Itu tentu bisa menambah living cost mereka selama di Saudi," katanya.
Selain itu, panja BPIH juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan katering yang ada belum memiliki koki yang mampu memasak masakan Indonesia.
"Katanya, koki khusus masakan Indonesia akan disiapkan oleh perusahaan ketika mereka sudah tanda tangan kontrak. Tapi, koki tersebut bukan berasal dari Indonesia. Lebih banyak berasal dari orang Indonesia yang menetap di Saudi (muqimin)," ucapnya.
Karena itu, panja BPIH meminta kementerian agama agar mensyaratkan penyediaan koki asli dari Indonesia. Setidaknya, perusahaan-perusahaan Saudi diwajibkan untuk mempekerjakan koki profesional dari tanah air. (ts)