logo
×

Sabtu, 11 Juni 2016

Laporan dari Paris: Mogok, Mogok, dan Mogok

Laporan dari Paris: Mogok, Mogok, dan Mogok

Nusanews.com - Prancis menjadi tuan rumah Piala Eropa di tengah berbagai masalah, termasuk kekhawatiran ancaman teroris serta aksi mogok serikat buruh. Untuk masalah aksi mogok buruh, skalanya cukup massal. Tempo sempat dua kali datang dan disambut aksi mogok massal tersebut.

Akhir Mei lalu, saat menggali masa lalu Zinedine Zidane, di Marseille, saya sempat harus jalan kaki dari bandara menuju hotel karena awak angkutan umum mogok. Kali ini, di Paris, ancaman mogok dan demonstrasi massal juga masih menyambut. Untungnya, tak sampai membuat saya harus berjalan kaki.

Seorang pegawai kereta api, Marianne Da Costa, mengatakan Pemerintah Perancis juga harus berurusan dengan masalah dalam negeri menyangkut serikat buruh. "Acara Euro 2016 ini dipakai sebagai tameng untuk memaksa pemerintah Perancis bernegosiasi dengan serikat buruh," kata dia sambil memberi petunjuk kepada penumpang yang baru tiba di gare Du Nord.

Menurut Marianne ini bukan yang pertama. Di tahun 1998, para pekerja penerbangan termasuk pilot Air France mengadakan mogok kerja yang dimulai pada 1 Juni menjelang Piala Dunia pada 10 Juni 1998. Kali ini, Euro 2016 digunakan sebagai alat untuk memaksa pemerintah mempertimbangkan lagi proyek undang-undang tenaga kerja yang dianggap sangat merugikan kelas pekerja dan menguntungkan perusahaan-perusahaan raksasa.

Serangkaian demonstrasi yang melibatkan seluruh lini pekerja dari berbagai servis publik mulai dari para petugas jalur kereta api hingga para pekerja pelabuhan, mulai dari pilot pesawat hingga supir bus dilakukan tanpa jeda sejak akhir Mei lalu. Demonstrasi ini mencakup pemblokiran jalan, penutupan jalur-jalur bahan bakar minyak, kekacauan di jalan, pemogokan pekerja transportasi publik, blokade pusat-pusat nuklir, demonstrasi di jalan-jalan hanya seminggu menjelang Euro2016.

Daftar demonstrasi ini diperpanjang oleh serikat pekerja supir trusk (termasuk pengangkut sampah) dan serikat supir taksi yang ingin agar sertifikat VTC ditiadakan. Sertifikat VTC adalah kartu yang dibutuhkan oleh setiap pengendara taksi untuk bisa beroperasi dan menetapakn tarif yang dikontrol oleh negara.

Tidak lupa juga para penjual rokok yang mengancam akan memblokade jalan masuk penonto di setiap stadion untuk memprotes keputusan pemerintah yang akan melarang penjualan rokok didalam stadion mulai awal tahun 2017 mendatang. Belum lagi bencana banjir minggu lalu yang melanda beberapa kota-kota penyelenggara termasuk Paris.

"Pertandingan sepak bola Euro 2016  bukan pertandingan yang sakral. Euro 2016 hanya pertandingan berskala internasional. Dibandingkan dengan pertandingan sepakbola internasional, nasib para pekerja di negeri ini dan diseluruh dunia, jauh lebih penting,"  kata mantan Sekjen Serikat Buruh Perancis, Bernard Thibault yang dilansir stasiun televisi lokal.

Sementara itu, Philippe Martinez pejabat Sekjen Serikat Buruh yang sekarang mengatakan bahwa Serikat buruh Perancis tidak akan menghalangi orang yang datang untuk menonton bola. "Tapi pemerintah tidak bisa terus-terusan menghindari dan mengalihkan perhatiannya dari masalah buruh. Mereka harus mau berdiskusi dengan kami. Semuanya ada ditangan pemerintah," kata Philippe yang dikutip dari koran lokal Le Monde.

Namun, masalah dalam negeri Perancis rupanya tidak mengurungkan niat para supporter dan penggila bola untuk berbondong-bondong memasuki wilayah Perancis. Menurut Marianne Da Costa, perusahaan kereta api EUROSTAR yang melayani rute Perancis – Inggris misalnya melaporkan bahwa setidaknya ada sekitar 500.000 tiket kereta menuju Perancis selama periode Euro2016. "Frekuensi jumlah penumpang terbanyak dalam satu bulan selama satu dekade," kata Marianne. (tp)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: