
Nusanews.com - Lembaga riset keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) mengkhawatirkan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) akan dibeli oleh asing setelah memiliki satelit sendiri.
"Bank Rakyat Indonesia ini kan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bisa saja nanti dijual dan dibeli asing, seperti kasus Indosat. Padahal, kementerian strategis juga memakai satelit tersebut. Otomatis informasi yang penting, bahkan rahasia bisa jatuh ke negara lain," kata Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Dahlian Persadha, seperti dikutip dari Antara, di Semarang, Minggu (19/6/2016).
Mantan pejabat Lembaga Sandi Negara ini mengemukakan hal itu menanggapi peluncuran satelit BRI (BRIsat), Sabtu (18/6/2016) sore (waktu Guyana Amerika Selatan) atau Minggu (19/6/2016) pukul 05.00 WIB.
Kendati demikian, pakar keamanan siber itu mengapresiasi langkah strategis BRI. Apalagi, dalam jangka panjang, satelit BRIsat ini kemungkinan besar tidak hanya untuk bisnis, tetapi juga mendukung program pemerintah terutama dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
Selain Kementerian Pertahanan, lanjut Pratama, BRI menyebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan akan ikut menggunakan BRIsat. Melui BRIsat yang menghabiskan dana lebih dari Rp3 triliun itu, kata dia, BRI mengklaim bisa berhemat Rp 200 miliar per tahun. Bahkan, satelitnya akan digunakan oleh Kementerian Pertahanan.
Satelit yang rencana pengoperasiannya oleh 53 operator itu akan mengangkasa di atas wilayah Papua. BRI pun berharap bisa memperbaiki gangguan di 11.000 cabang mereka yang tersebar di pelosok Tanah Air, terutama yang berada di daerah terpencil.
Menurut Pratama, keberadaan BRIsat itu juga menjadi pukulan bagi pemerintah. Oleh karena itu, negara harus berani membangun satelit sendiri karena manfaatnya jauh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
"Banyak pekerjaan yang memerlukan satelit khusus milik pemerintah tanpa campur tangan kepemilikan swasta, apalagi asing," kata Pratama.
Pratama mengingatkan saat ini sudah berlangsung perang informasi. Ia berharap Indonesia tidak hanya bisa memiliki satelit, tetapi juga stasiun operator satelit sendiri seperti negara-negara besar lainnya. (ts)