
Nusanews.com - Kabar banyaknya pekerja China bekerja di Indonesia bukan gosip semata. Beberapa perusahaan tambang asal China yang beroperasi di Tanah Air, terungkap lebih memilih mempekerjakan pekerja asal negaranya daripada memakai tenaga kerja lokal.
"Memang ada beberapa perusahaan China, ada juga beberapa operator yang mendatangkan tenaga kerja dari sana," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot di Jakarta, pada Selasa (26/7) malam.
Bambang menceritakan, dirinya mengetahui banyak pekerja asal China kerja di sektor pertambangan, saat dia melakukan kunjungan ke fasilitas pengolahan konsentrat mentah (smelter) nickle pig iron milik PT Bintang Delapan di Sulawesi Tengah.
"Saya melihat operatornya dari (pekerja) China semua," ungkapnya.
Bambang meminta, Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) mengendalikan jumlah tenaga kerja asing dengan memberikan tenaga pendampingan dari pekerja lokal kepada mereka.
"Kita harus paksakan ada pendamping yang bisa mengendalikan. Teknologi memang dari sana, tapi ketentuannya harus ada pendamping," pinta Bambang.
Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss) Budi Santoso meminta pemerintah lebih serius melakukan pengendalian tenaga kerja asing. Menurutnya, komitmen hanya membolehkan tenaga kerja asing untuk keahlian tertentu saja, harus dilaksanakan dengan baik.
"Izin harus diperketat. Kalau perlu, untuk tenaga insinyur harus ada rekomendasi dari assosiasi profesi Persatuan Insinyur Indonesia," usulnya.
Izin tersebut, lanjut Budi, juga harus mengacu pada ketentuan Undang-Undang Keinsinyuran. Yakni, tenaga profesional harus memiliki sertifikat dan terdaftar di assosiasi profesi nasional. Sehingga, keahlian tertentu tersebut bisa dibuktikan.
Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dakhiri meminta, masyarakat melaporkan bila menemukan pelanggaran ketenagakerjaan.
Menurut Hanif, semua masalah ketenagakerjaan diatur dengan perudang-undangan. Termasuk, tenaga kerja asing. *** (rmol)