
Nusanews.com - Sidang Tahunan MPR 2016 merupakan tradisi lama yang coba dihidupkan kembali. Namun, sidang itu tidak lain hanyalah panggung Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk menunjukkan eksistensinya.
Demikian diungkapkan akademisi hukum tata negara Refly Harun dalam program Live Event Metro TV, Selasa, 16 Agustus 2016. Dia menilai Sidang Tahunan MPR kali ini berbeda dengan sidang serupa pada era awal setelah Reformasi.
Kala itu, kata dia, Sidang Tahunan MPR beragendakan penyampaian kinerja lembaga-lembaga negara selama satu tahun. "Pada waktu itu, MPR adalah lembaga tertinggi negara," kata dia.
Sidang Tahunan MPR, masih kata Refly, kemudian dihentikan pada tahun 2002. Karena, semua lembaga negara posisinya sejajar. "Constitutional state organ kedudukannya sama," ujarnya.
Tradisi ini coba kembali dihidupkan saat MPR di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan. Agendanya sama. Yakni, lembaga tinggi negara melapor.
Tapi, Presiden tidak mau. Bila melapor, sama halnya posisi Presiden di bawah MPR. "Maka komprominya, sidang MPR hanya mendengarkan pidato kenegaraan Presiden," tuturnya.
Tapi yang salah, ujar Refly, dalam pidato Presiden melaporkan kinerja lembaga-lembaga negara lainnya. Namun, Presiden tidak melaporkan perkembangan kinerja lembaga kepresidenan.
"Pidato Presiden tadi tidak ada isinya. Yang banyak memberi motivasi justru Ketua MPR. Ini (Sidang Tahunan MPR) hanya keinginan Ketua MPR untuk memperteguh eksistensinya," tutur Refly.
Dalam pidatonya, Ketua MPR Zulkifli kembali menekankan pentingnya empat pilar kebangsaan sebagai haluan negara. Untuk menjalankan itu, Ketua MPR berharap dukungan dari lembaga negara lainnya.
"Perlu peran besar dari pemerintah pusat, provinsi, TNI-Polri dan kampus-kampus. Tidak cukup hanya MPR saja," kata dia.
Dalam pidato kenegaraan, Presiden Jokowi mengatakan, di era persaingan global saat ini, kompetisi antarnegara luar biasa keras dan sengit. Untuk memenangkan kompetisi dan menjadi bangsa pemenang, Indonesia harus berani keluar dari zona nyaman.
Presiden mengajak semua pihak kreatif, optimistis, bahu membahu, dan melakukan terobosan-terobosan, demi mempercepat pembangunan nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia sebagai bangsa. (mtv)