logo
×

Rabu, 24 Agustus 2016

Dari Era Jokowi Sampai Ahok, Pejabat DKI Ini Selalu Kena Semprot

Dari Era Jokowi Sampai Ahok, Pejabat DKI Ini Selalu Kena Semprot

Nusanews.com - Wali Kota Anas Efendi kembali kena tegur Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Anas dinilai ikut campur kasus sengketa lahan di kawasan Mangga Besar, Taman Sari, Jakarta Barat dengan menerbitkan surat peringatan pembongkaran terhadap permukiman warga. Anas bukan kali ini saja diomeli, karena pada saat Jokowi menjadi gubernur, dia pernah dicopot dari jabatannya sebagai wali kota Jakarta Selatan.

Ahok menilai Anas gegabah mengeluarkan surat peringatan penggusuran bagi warga Kelurahan Mangga Besar 1. Ahok mengakui, adanya aturan hukum yang memberikan wewenang kepada kepala daerah untuk mengeksekusi hasil in kracht pengadilan. Namun kasus di Jakarta Barat ini sedikit berbeda.

"Pertanyaan saya kenapa sih lu iseng amat, kayak centeng aja lu. Ngapain jadi centeng orang udah tinggal begitu lama. Makanya saya bilang tidak usah jadi centeng-centeng deh, walaupun ada aturannya. Usaha dong, nego. Adain kerohiman. Kan udah lama, duduk dong bersama," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (23/8).

Ahok mengaku sempat kecolongan karena terlambat mengetahui kondisi ini. Bahkan dia mengungkapkan, informasi pertama diketahuinya melalui pemberitaan media.

"Jakarta begitu gede kenapa saya enggak tahu. Saya terima kasih sama media yang nulis, kita baca. Pak Pras (Prasetio Edi Marsudi) kan ke sana to, kita baca Pak Pras telepon. Makanya saya setop, kita kempesin tuh perut," tuturnya sambil tertawa kecil.

Namun, Ahok menjelaskan masalah akan jauh berbeda jika warga menduduki tanah milik negara. Jika tidak dilakukan penertiban maka akan dapat menyebabkan kecemburuan sosial dan mengganggu program pemerintah.

"Tugas kita kan mengadministrasi keadilan sosial. Kalau tinggal tanah negara, kalau saya kasih rusun ke Anda adil enggak? enggak dong. Kalau kalian enggak mau pergi? Mau minta tanah negara enggak adil dong saya sama yang lain. Enak aja kamu dudukin tanah negara lalu dapat hak milik. Terus orang banjir dibiarin, terus orang enggak dapat dibiarin. Makanya kita mengadministrasi keadilan sosial," tutupnya.

Anas Efendi pernah sebelumnya dicopot karena dianggap berkinerja buruk ketika menjabat Wali Kota Jakarta Selatan pada Februari 2013. Jokowi beralasan, Anas tak mampu mengikuti irama kerjanya yang cepat. Namun setahun berselang, Jokowi kembali mempromosikan Anas.

"Ya kalau dulu ndak bisa ikut irama, sekarang dia sudah bisa ikuti irama, gimana? Pokoknya itu ada pertimbangannya, ndak perlu saya sebut," ujar Jokowi di Balai Kota, Jumat (14/2).

Menurut Jokowi, banyak pertimbangan dalam merekomendasikan nama Anas menjadi Walikota Jakarta Barat. Namun, dia enggan menyebutkan pertimbangannya tersebut. "Banyak pertimbangannya. Ndak perlu saya sebutkan. Rahasia," kata dia.

Sebelumnya, Anas dicopot dari jabatannya sebagai wali kota Jakarta Selatan dan didapuk sebagai Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI karena ditinggal pensiun oleh pejabat sebelumnya. Pencopotan Anas sebagai walikota dianggap Jokowi karena kinerjanya yang dianggap buruk. Saat dirinya dilantik, dia tidak hadir tanpa ada alasan yang jelas.

Dia pun kembali membuat sensasi, saat sidang Paripurna DPRD DKI yang digelar 13 Maret 2013 lalu, Anas tertangkap basah sedang tidur pulas sepanjang penyampaian pidato oleh Gubernur DKI Joko Widodo atau Jokowi. Saat ditanya mengapa dirinya tertidur, Anas mengaku dirinya mengantuk karena semalaman suntuk menonton pertandingan sepak bola di televisi. (mdk)

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: