
Nusanews.com - Terjawab sudah siapa biang 'kerok' malakostum Presiden Joko Widodo saat meresmikan event nasional Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba 2016 di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara pada akhir pekan kemarin.
"Awalnya saya yang akan merancang ikat kepala, sementara Edward (Hutabarat) yang membuat bajunya, tapi nyatanya tidak bisa. Itu diacak-acak oleh Pemerintah Sumatera Utara," ujar Desainer Merdi Sihombing yang dihubungi via seluler, Kamis (25/6/2016).
Begitu juga dengan ulos yang dipakai oleh Jokowi ternyata kata Merdi diberi langsung dari Dekranasda, "tau apa Dekranasda? Ikat kepalanya itu juga dibuat mereka, entah dari siapa," katanya.
Terlihat dalam beberapa foto memang gaya busana dan tali-tali yang dipakai Jokowi tampak sama dengan yang dipakai oleh Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi.
Lihat video Jokowi saat mengenakan 'wig' di sini:
Baik itu ulos sampai penutup kepala hampir memiliki motif yang sama, namun kenapa justru tali-tali yang dipakai mereka berdua berbeda?
Terlihat tali-tali yang berwarna blonde milik Jokowi tampak lebih panjang sampai ke bahu, sementara milik Erry hanya sampai leher. Apakah ini sengaja?
Ikat kepala yang dikenakan Jokowi akhirnya menimbulkan pro dan kontra di dunia maya.
![]() |
Presiden Joko Widodo bersama ibu negara Iriana Jokowi disambut tari-tarian budaya Batak di Tobasa, Sumatera Utara |
Jokowi terlihat seperti mengenakan 'wig' atau rambut palsu sehingga mengundang kecaman dari berbagai pihak.
Kecaman itu datang dari orang Batak sendiri, yang menyebutkan ikat kepala yang dipakai Jokowi sudah kontemporer dan bukan berasal dari akar budaya Batak.
![]() |
Presiden Soeharto saat mengenakan pakaian adat Batak |
Sementara itu sejarawan Sumatera Utara Ichwan Azhari dari Universitas Negeri Medan (Unimed) berdasarkan literatur yang dimiliki tidak menemukan tali-tali (penutup kepala) yang dipakai Jokowi.
Tali-tali itu tidak pernah juga dipakai oleh raja-raja batak dari periode akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
"Saya tidak tahu mereka pakai rujukan atau tidak, banyak yang bilang mereka mempermalukan Jokowi di tanah batak. Bagi kita tidak masalah kalau ada rujukannya," kata Ichwan.
Mungkin saja katanya, gaya 'wig' seperti Jokowi pernah ada dulu, kemudian ditampilkan lagi.
"Itu bagus, jadi ada penutup kepala batak yang ada di zaman dulu, hilang dan lewat kepala negara itu ditampilkan. Tapi ini senyap, gak ada yang bisa menjelaskan itu dari mana akarnya," katanya. (tn)