
Nusanews.com - Kanjeng Dimas Taat Pribadi mengenalkan diri sebagai raja baru di nusantara ini. Penobatannya berlangsung meriah dengan dihadiri sejumlah raja-raja di Indonesia. Entah dari garis keturunan raja yang mana, Pria usia 47 tahun itu menobatkan dirinya sebagai raja di Probolinggo, Jawa Timur.
Uangnya banyak, entah dari mana dikumpulkan. Rumahnya juga mewah menempati lahan seluas dua kali lapangan sepakbola. Anggota atau 'santri' di padepokannya juga ratusan orang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Mereka anggota atau 'santri' sudah menyetor sejumlah uang di padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi untuk digandakan. Misal seorang anggota setor Rp 5 juta maka akan digandakan menjadi Rp 50 juta dalam waktu lima tahun.
Beberapa bulan sebelum pencairan dana hasil penggandaan uang itu, santri harus menginap dan tinggal di padepokan tersebut. Lokasi padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Padepokan itu sudah berdiri sejak tahun 2010.
Video kemewahan dan suasana pedepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi dipublikasikan di youtube. Sejumlah warga yang tak kenal mengenal dia pun kepincut untuk ikut "menabung" yang dalam waktu tertentu akan digandakan berlipat-lipat.
Pada awal tahun ini, dia juga muncul di stasiun televisi nasional saat mengundang para raja se-Nusantara dalam penobatan dirinya sebagai raja baru. Upacara penobatan itu berlangsung luar biasa, dihadiri ratusan raja dan diakhiri pembagian uang kepada 10.000 anak yatim dan fakir miskin.
Hal-hal seperti itu membuat orang makin percaya terhadap Dimas Kanjeng Taat Pribadi akan kesaktian dan kemampuannya menggandakan uang serta punya kekuatan dan kewibawaan tertentu.
Di dalam padepokan juga ada kegiatan tausiah, pengajian, salat, dan lain-lain. Dalam hal penggandaan uang, tentu ada penghimpunan dana awal atau mahar dari anggota. Nah, ada petugas disebut sebagai sultan atau pengepul dana mahar anggota. Dari para sultan pengepul mahar itu lah awal mula terjadi masalah. Janji pencairan dana hasil penggandaan uang yang meleset dari jatuh tempo juga menjadi penyebab kecurigaan anggota.
Ada nama Abdul Gani seorang juragan batu mulia jadi pengepul uang yang aka digandakan ke Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Karena curiga akan aktivitas Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Abdul Gani bermaksud lapor ke Mabes Polri.
Sebelum dia lapor, gerak-geriknya sudah tercium sultan dan pasukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang tersebar di banyak sektor. Maka Abdul Gani dipanggil Dimas Kanjeng Taat Pribadi dengan iming-iming akan diberikan uang Rp 20 miliar.
Abdul Gani asal Probolinggo pun datang ke padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Sampai di padepokan itu Abdul Gani langsung dibantai oleh beberapa sultan yang dikomando Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Abdul Gani juga dikeroyok dan lehernya dijerat dengan tali. Ia tewas di area padepokan.
Mayat korban lantas dinaikkan mobil dan dibawa ke Wonogiri, Jateng pada malam hari untuk dibuang. Korban dibuang di bawah jembatan daerah Wonogiri dan nyaris tak terlihat oleh warga. Setelah pihak kepolisian setempat mendapat laporan ada penemuan mayat, Polda Jateng ikut turun tangan.
Setelah diidentifikasi, mayat dengan kondisi leher dijerat dan luka di beberapa bagian tubuh, sama dengan yang ditemukan di Situbondo, Jatim. Dari koordinasi yang dilakukan diduga ada kesamaan pelakunya.
"Abdul Gani datang ke padepokan setelah dijanjikan uang oleh tersangka. Tapi setelah datang justru dibunuh oleh para sultan," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Argo Yuwono, Sabtu (24/9/2016).
Begitu pula, Ismail Hidayah asal Situbondo sebelum dihabisi para sultan (pengepul uang) tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi, ternyata diculik dari rumahnya pada tengah malam. Ia dihajar habis-habisan oleh delapan orang di sebuah jalan areal persawahan hingga tewas dijerat dengan tali.
Korban yang sudah tewas di TKP, dibawa pelaku menggunakan mobil. Mayat korban dikubur di sekitar hutan di Tegalsrono, Probolinggo dan setelah beberapa hari baru ditemukan warga setelah makamnya dieker-eker anjing.
Dugaan pembunuhan terhadap dua korban itu mengarah kepada Kanjeng Dimas Taat Pribadi, setelah polisi memeriksa puluhan saksi. Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang diduga sebagai otak pembunuhan dua pengikutnya, Abdul Gani dan Ismail ditangkap anggota Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, Kamis (22/9/2016).
Untuk menangkap Kanjeng Dimas Taat Pribadi, Polda Jatim mengerahkan 600 personel. Terdiri dari 6 SSK Sat Brimobda Polda Jatim, 9 SSK Polres Sabara (Polres Jember, Polres Madiun, Polres Sidoarjo, Polres Malang, Polres Bojonegoro, Polres Probolinggo), 300 personel pendukung termasuk pengamanan tertutup. Operasi penangkapan dipimpin langsung Wakapolda Jatim, Brigjen Pol Gatot Subroto.
Disaksikan pula Kasat Brimobda Jatim Kombes Pol Rudi Kristianto; Kapolres Probolinggo, AKBP Arman Asmara Syarifuddin; Dandim 0820 Probolinggo, Letkol Inf Hendhi Yustian Danang Suta; Dan Sub POM Probolinggo, Kapten CPM Maulan.
Proses penangkapannya pun berbeda karena tersangka dikenal memiliki pengikut yang tersebar di mana-mana. Tak pelak, untuk menuju padepokan tersangka yang memiliki lahan dua kali lapangan sepak bola itu harus berjalan rapi.
Sekitar pukul 05.55 WIB pasukan tiba di padepokan untuk menggeledah dan menangkap tersangka. Sekitar pukul 06.10 WIB tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi ditangkap di Fitnes Center besama Sapi'i (pengikut).
Keduanya lantas dibawa keluar padepokan menggunakan kendaraan Rantis milik Satbrimobda Polda Jatim menuju Mapolda Jatim. Penangkapan Kanjeng Dimas Taat Pribadi atas dasar laporan polisi pada 6 Juli 2016. Tersangka disinyalir terlibat pembunuhan berencana terhadap korban Abdul Gani dan Ismal.
Kedua korban adalah pengikut yang ingin membongkar rahasia padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, terutama terkait praktik penggandaan uang. Bahkan uang yang ada begitu banyak di tempat tinggalnya (padepokan).
Dari situ, tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi memerintahkan Wahyu dan anak buahnya membunuh Abdul Gani dan Ismail.
Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji sudah mendapat informasi bahwa uang milik tersangka Kanjeng Dimas dititipkan pada seseorang di Jakarta. Jumlahnya mencapai Rp 1 triliun yang kini terus diselidiki penyidik. Kini tersangka sudah ditahan di Mapolda Jawa Timur dan tak ada perlakuan khusus terhadap "raja baru" itu. (tn)