logo
×

Minggu, 30 Oktober 2016

CATAT! Janji Jokowi 2018 Indonesia Tak lagi Impor Jagung

CATAT! Janji Jokowi 2018 Indonesia Tak lagi Impor Jagung

Nusanews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkeyakinan bahwa paling lambat 2018 Indonesia tidak lagi mengimpor jagung, jika kebijakan dan upaya keras dalam dua tahun terakhir terus dilakukan secara konsisten. Bahkan, untuk beras, presiden menegaskan sampai akhir tahun ini pemerintah tidak akan melakukan impor.

"Khusus pangan saya meyakini, kalau kerja kita saperti sekarang yang saya lihat, terus menerus, saya yakin jagung paling lambat 2018 sudah tidak impor lagi, yakin insya Allah. Yang lain-lain, direncanakan ditata, direncanakan ditata," ujar Presiden pada puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-36 tingkat nasional di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (29/10).

Hingga tahun lalu, kata Jokowi, pemerintah masih harus mengimpor sejumlah komoditas, seperti beras, kedelai, gula, dan beberapa buah-buahan. "Tapi, melihat tadi yang ada di lapangan, melihat tadi yang dipamerkan saya optimistis, insya Allah kalau semuanya bekerja keras, (semuanya akan) selesai," tandas dia.

Bahkan, saat ini impor sejumlah komoditas pangan mulai berkurang secara signifikan. Menurut Presiden, sampai Oktober ini Indonesia tidak lagi mengimpor beras dan ia memastikan sampai akhir Desember tahun ini tetap tidak melakukan impor. Sementara impor jagung turun sampai 60%.

Optimisme Presiden bahwa Indonesia tidak lagi impor jagung pada 2018 itu juga dikarenakan harga komoditas ini mulai meningkat. "Tahun lalu waktu saya ke Jawa Timur, waktu saya ke Dompu, petani semuanya mengeluh, karena harga jagung hanya Rp 1.500 per kilogram. Tetapi sekarang ini saya denger harga jagung di lapangan sudah Rp 3.100 per kilogram. Saya yakin biaya pokok produksi paling-paling Rp 1.500-1.600 atau Rp 1.700," ujar Presiden.

Dengan keuntungan besar ini, lanjut Presiden, para petani akan bergairah untuk menanam jagung. "Kuncinya itu di harga akhir. Percuma pupuk disubsidi, bibit disubsidi, kalau harganya jatuh. Tidak ada artinya. Ke depan strategi ini yang akan kita kerjakan," ujar dia.

Tidak seperti kebijakan sebelumnya, pada kesempatan itu Jokowi meminta kepada menteri pertanian agar budidaya jagung difokuskan di tiga atau empat provinsi saja. Dengan demikian, program lebih terkelola dan mudah dikontrol. "Fokus, nggak seperti yang dulu-dulu seluruh provinsi dibagi rata, akhirnya nggak kelihatan mana yang berhasil mana yang tidak," tegas Presiden.

Ia mengungkapkan pada tahun ini produksi beras meningkat drastis, dari yang tadinya sekira 1.030.000 ton pada periode September-Oktober 2015 menjadi sekira 1.980.000 ton pada Oktober 2016.

Hal itu ia kemukakan usai meninjau hasil produksi padi teknologi Jajaran Legowo (Jarwo) Super di Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, di kapupaten yang sama, beberapa saat sebelumnya

Kendati demikian, Presiden menambahkan, pemerintah akan lebih dulu fokus untuk memperbesar stok beras yang sudah ada, sebelum nantinya merencanakan untuk ekspor ke negara-negara tetangga. (bs)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: