
Pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara mendapat apresiasi publik. Pasalnya, persahabatan kedua tokoh itu dinilai mampu membawa kesejukan yang berujung rasa aman dan damai di negeri berpenduduk 200 juta lebih ini.
Menurut catatan, Jokowi dan Prabowo sudah empat kali bertemu, pasca
keduanya bertarung di Pilpres 2014. Pertama di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara Jakarta, kedua di Istana Bogor, ketiga di rumah Prabowo di Hambalang, dan terakhir di Istana Merdeka pada Kamis kemarin.
Pertemuan ini semakin menunjukkan kedua tokoh tersebut tetap menjalin persahabatan, dan tentu saja layak dinilai sebuah pertemuan yang sangat bermakna bagi kelangsungan masa depan Indonesia selanjutnya.
Tentu saja masa depan negeri ini, ketenangan dan kesejukan di negeri ini tidak hanya bertumpu pada kedua tokoh itu. Juga sangat ditentukan oleh semua tokoh-tokoh nasional yang ada, seperti tokoh partai politik, agama, sosial, dan lainnya. Rakyat akan senang jika pertemuan antartokoh nasional menjadi tradisi sepanjang waktu.
Kunci keberhasilan negeri ini mensejahterakan rakyatnya adalah hadirnya para negarawan. Bukankah seorang negarawan itu hanya bekerja dan memikirkan kemajuan bangsanya dan kesejahteraan rakyatnya. Sudah pasti kaum negarawan itu tidaklagi memikirkan dirinya maupun kelompoknya.
Seorang negarawan sudah bisa dipastikan tidak akan pernah melihat adanya perbedaan. Mereka bisa menyingsingkan lengan dan bekerjasama, sekalipun berbeda. Sikap seperti inilah yang disebut ke-Indonesia-an. Bagaimanapun kita ini adalah sama, bangsa Indonesia.
Tak hanya kaum negarawan, tokoh nasional dan para politisi, seluruh anak bangsa wajib hukumnya untuk menjaga dan merawat kebhinnekaan. Wajib bagi seluruh elemen bangsa untuk menatap masa depan, dan meninggalkan perbedaan, permusuhan, dan saling jegal-jegalan.
Point penting meninggalkan perbedaan adalah semangat kebinekaan yang harus dipupuk dan semangat toleransi yang harus dipelihara. Dan semua ini harus kita akui sudah terlaksana dengan baik di masyarakat.
Di masyarakat, kita sama sekali tidak pernah menemukan ketidak nyamanan penduduk minoritas hidup bermasyarakat ditengah komunitas mayoritas. Ya, rakyat selama ini mempraktekkan ke bhinnekaan dalam kesehariannya.
Adakah minoritas seperti Kristen, Hindu dan Budha dilarang beribadah oleh umat Islam yang mayoritas? Adakah acara-acara keagamaan atau budaya minoritas dilarang dilakukan ditengah publik? Tidak sama sekali, bahkan budaya Barongsai yang berasal dari Cina dan bukan budaya asli bangsa ini tidak dilarang dan bebas dilaksanakan kapan saja dimana saja.
Kesimpulan kita, tidak ada ancaman kebinekaan yang sedang terjadi dan tidak akan pernah terjadi dinegara ini. Jika kebhinnekaan tidak berjalan dalam keseharian, sudah pasti bangsa ini sudah hancur sejak dulu.
Kita mengingatkan Bhinneka yang indah, jangan dikotori oleh intrik-intrik yang jahat untuk kepentingan politik sesaat. Apalagi kebhinneka an dijadikan alat untuk membela politisi yang tersangkut kasus penistaan agama.
Mari merawat kebhinekaan untuk memajukan bangsa ini dan kemakmuran rakyat. Disisi lainbhineka Tunggal Ika sudah jelas mengatur hidup soal toleransi beragama. Walau kita berbeda agama, suku hingga warna kulit tapi tetap satu.
Kita mengajak seluruh anak bangsa untuk terus menjaga kerukunan umat beragama, karena kerukunan umat sudah menjadi harga mati dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Harus diingat, hancurnya kerukunan di negeri ini, tentu semua rakyat yang menderita, dan butuh waktu lama untuk merajutnya kembali. (ht)