
NUSANEWS - Isu makar yang digulirkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian ternyata memang pada sekelompok orang yang diduga memiliki kepentingan terlubung menunggangi kasus hukum Ahok.
Tito ketika dikonfirmasi soal isu makar tersebut mengungkapkan masyarakat bisa dengan mudah mengidentifikasi siapa sebenarnya aktor di balik kelompok makar yang dituding Tito.
“Isu makar baca saja google, siapa yang ingin menjatuhkan pemerintah, jatuhkan Pak Jokowi, nah itulah dia. Enggak usah ngomongin ini lagi, baca saja di media, itu ada beberapa pihak yang katakan ‘kita akan duduki DPR’, itu inkonsitusional,” kata Tito usai mengikuti cara Istighosah Akbar di Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Selasa (22/11/2016).
Jika melihat pada pemberitaan sebelumnya Mantan Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno dalam sebuah acara konsolidasi tokoh nasional di Universitas Bung Karno mengungkapkan soal tiga cara untuk mengembalikan UUD 1945, salah satu di antaranya adalah menduduki gedung DPR/MPR.
“Rakyat sah jika harus menempuh cara menduduki MPR/DPR. Karena itu rumah rakyat. Di sana itu semua wakil kita. Jangan dianggap duduki DPR/MPR makar. Kita rakyat yang ingin perbaikan lebih baik,” ujar Tedjo, Minggu (20/11/2016).
Sementara tokoh nasional yang tergabung dalam konsolidasi tokoh nasional itu menyatakan siap bergabung dalam aksi 2 Desember.
“Saya nanti akan coba, merekap kegiatan yang perlu dilakukan, bekerja sama dengan FPI menyikapi acara tanggal 2 nanti. Siapa tahu ada yang bisa memberikan usulan, melakukan class action,” kata Rachmawati Soekarnoputri.
Jika ditilik dari pernyataan tersebut dan arahan Tito bahwa masyarakat mudah mengetahuinya dari media online lewat searching google maka diketahui tudingan makar boleh jadi mengarah pada kelompok konsolidasi tersebut.
Namun Menteri Pertahanan (Menhan) yang juga mantan KSAD Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu mengaku sama sekali tidak menerima informasi dari intelijen terkait adanya upaya makar dalam unjuk rasa Aksi Bela Islam III seperti dikatakan Tito. (ps)