
NUSANEWS - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, naik di Desember 2016.
Padahal, dari survei yang dilakukan LSI sejak Maret, Juli, Oktober, dan November 2016, dukungan untuk Ahok selalu menurun. Peneliti LSI Adjie Alfaraby menjelasklan tiga penyebab rebound elektabilitas Ahok ini.
"Pertama, Ahok berubah sikap. Ahok terlihat lebih low profile dan mulai menghindari bicara yang kesannya arogan, kasar, dan kontroversi," jelas Adjie dalam konferensi pers hasil survei bertajuk 'Mayoritas Publik DKI Jakarta Inginkan Gubernur Baru' di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (14/12/2016).
Yang kedua, lanjut Adjie, permintaan maaf Ahok yang berulang-ulang disampaikan, mulai diterima sebagian publik.
"Walau tetap banyak yang anti-Ahok, tapi sebagian hati publik sudah memaafkan dan melupakan. Di sebagian pemilih Ahok dinilai hanyalah korban dari politisasi agama. Ahok dianggap oleh segmen ini dizalimi dan dianiaya," ungkap Adjie.
Meskipun mengalami rebound elektabilitas, hal ini belum cukup membuat Ahok berada dalam puncak dukungan publik.
"Hal ini terjadi karena dua alasan. Pertama, status Ahok sebagai tersangka cukup fatal. Sebesar 65 persen publik tidak bersedia dipimpin oleh gubernur berstatus tersangka," katanya.
Selanjutnya, masalah penistaan agama juga masih melukai mayoritas pemilih muslim. Sebesar 64,7 persen menyatakan Ahok bersalah dalam kasus Al Maidah ayat 51. (tn)