
IDNUSA - Pilkada DKI Jakarta 2017 mulai memasuki babak yang menentukan. Selain dilakukannya tahapan debat terbuka sejak Januari, juga dengan melihat kompilasi berbagai lembaga survei yang ada jumlah undecided voters atau orang yang belum menentukan pilihan semakin sedikit yaitu rerata di kisaran 10-15 persen.
“Artinya dikarenakan proses kampanye yang panjang pilihan publik terhadap pasangan calon sudah semakin cepat mengkristal,” peneliti Pusat Laboratorium Politik Indonesia, Mohammad Hailuki dalam rilis tertulisnya, Jumat (20/1).
Namun pilihan publik yang makin mengkristal tersebut, menurut dia, masih bisa berubah dikarenakan adanya dinamika terkini yang berkaitan dengan pemeriksaan cawagub Sylviana Murni terkait kasus Bansos DKI, yang sebelumnya juga ia disebut-sebut dalam kasus pembangunan masjid serta dugaan aliran dana aksi 212.
Hal ini menjadi dinilainya amat menarik karena Sylvi tengah dibidik dalam tiga kasus sekaligus pada kurun waktu yang bersamaan oleh Polri secara berurutan
“Sudah pasti pemeriksaan Sylvi atas kasus Bansos DKI dan dua kasus lain yang dikaitkan kepadanya akan mempengaruhi elektabilitas Paslon Agus-Sylvi. Pengaruhnya bisa berdampak negatif dan bisa juga positif,” imbuhnya.
Hailuki pun menjelaskan, pemeriksaan tersebut akan membawa dampak negatif bagi elektabilitas apabila Agus-Sylvi menyikapi secara reaktif dengan cara menghindari pertanyaan penyelidik dan publik.
“Karena justru yang diinginkan publik adalah kejelasan duduk perkara isu tersebut apakah benar terlibat atau hanya tuduhan tidak berdasar,” terangnya.
Sebaliknya, lanjut dia, pemeriksaan akan membawa dampak positif bagi elektabilitas apabila disikapi secara responsif dengan cara membuka mata publik tentang fenomena ‘pengadaan kasus’ sebanyak tiga sekaligus terhadap Sylvi secara bersamaan. Dengan begitu publik akan tercerahkan bahwa pemeriksaan itu tidak wajar dan terkesan ‘mendadak’.
Pemeriksaan terhadap peserta Pilkada merupakan fenomena yang tidak aneh lagi karena kerap terjadi di berbagai kontestasi politik. Oleh karena itu, hemat dia, sebagai warga negara yang baik, Sylvi tidak perlu menghindarinya. Sebab publik DKI yang tergolong undecided voters butuh kejelasan duduk perkara sebelum menentukan pilihannya.
Sementara itu kepada Polri, katya Hailuki, hendaknya melakukan penyelidikan secara profesional terang benderang. Diakuinya memang pa yang dilakukan Polri bukan tanpa resiko. Polri akan dianggap ‘mendadak’ melakukan penyelidikan tiga kasus sekaligus terhadap Sylvi, dan wajar kiranya kemudian publik menaruh curiga kepada Polri.
Dengan bergulirnya tiga isu tersebut maka sisa undecided voters sebesar rerata 10-15 persen pada akhirnya bisa menghadapi tiga kemungkinan yaitu pertama, mereka terbagi dua memberikan suaranya kepada Ahok dan Anies.
Lalu kedua, sebagian dari mereka bisa bersimpati kepada Agus-Sylvi yang terkesan dikriminalisasi. Dan ketiga, seluruhnya bisa jadi tidak menggunakan hak pilih alias abstain.
“Berdasarkan pengamatan di atas, maka dengan sisa waktu efektif tiga pekan ke depan tampaknya hampir bisa dipastikan Pilkada DKI akan berlangsung dua putaran,” kata pemerhati politik Universitas Nasional ini, menyimpulkan.
“Sebab sisa suara undecided voters tidak bisa mendorong tercapainya 50+1 sebagai syarat kemenangan satu putaran,” jelasnya. (ps)