IDNUSA - Rasanya tidak fair ‘cap’ tidak toleran diberikan kepada Habib Rizieq Shihab, karena Habib Rizieq ada dan dipanggil polisi Habib Rizieq datang.
Demikian salah satu point penting dari kultwit panjang Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah tentang eksistensi Habib Rizieq Shihab dan FPI serta sikap para “pembenci” Habib Rizieq, setelah akun resmi Twitter Habib Rizeq dan FPI diblokir.
Fahri, menyesalkan sejumlah pihak yang menggunakan media internet untuk “mencari perbedaan sebanyak mungkin”. Hingga akhirnya sejumlah pengguna internet ini “men-demonised” akun media sosial milik Habib Rizieq dan FPI. “Begitulah cara kita memandang @FPI_IDN dan @RizieqShihab yang oleh sekelompok orang di-demonised,” tulis Fahri di akun Twitter @Fahrihamzah.
Menurut Fahri, Habib Rizieq yang bergelar akademik S2 dan S3 sangat terbuka dalam diskusi. “Jadi pertanyaanya, kenapa pengkritik beliau tidak duduk aja bersama apalagi kalau sama-sama punya gelar akademik. Saya rasa Habib gak akan pergi atau menghilang kalau diajak bicara. Dia lahir di jakarta,” kata @Fahrihamzah.
Soal tudingan Habib Rizieq intoleran, Fahri mengingatkan posisi Habib Rizieq sebagai khatib sholat Jum’at pada Aksi Bela Islam III 212, di mana Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla, Panglima TNI dan Kapolri ikut mendengarkan.
“Hari itu, Habib @RizieqShihab bersama jutaan massa. Dia memberi khotbah Jumat. Di antara jama’ah ada @jokowi dan @Pak_JK. Di antara penyimaknya adalah Panglima TNI dan Kapolri dan kita bangsa Indonesia. Apa bisa kita lompat menuduh orang yang bicara di depan Kepala Negara sebagai tidak toleran. Kalaupun ia, kenapa kepala negara tidak bicara dan membantah apa yang ia katakan?” tanya @Fahrihamzah.
@Fahrihamzah menutup kultwitnya dengan tulisan: “Jadi sekali lagi, Ini banyak keanehan…Ini bukan Indonesia..Ini bukan kita..” (it)