
NUSANEWS, JAKARTA - Maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh anggota gangster motor di jalan-jalan raya, disebut-sebut sebagai buah dari kurangnya perhatian dari pemerintah untuk para remaja di kota-kota besar.
Menurut tokoh pemerhati anak, Seto Mulyadi, kekerasan atas nama geng motor bisa dikikis kalau pemerintah mau menyediakan fasilitas bagi anak-anak muda.
”Dulu ingat zaman bang Ali Sadikin dulu kan ada gelanggang remaja. Jadi yang main olahraga, main sepakbola, basket, mungkin sekarang ini futsal. Itu diberikan ruang tari-tarian, teater, nyanyi, musik band, dan sebagainya,” kata tokoh yang akrab disapa Kak Seto kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/5/2017).
Menurut Seto, karena kurangnya fasilitas, mereka melakukan kegiatan barbar hingga memicu kekerasan yang merugikan orang lain. “Kebetulan yang populer ini geng motor itu akhirnya di arahkan ke sana,” ujar dia.
Faktor lainnya adalah kurangnya apresiasi terhadap bakat-bakat anak. Lembaga pendidikan, terutama orang tua hanya mengapresiasi prestasi akademik anaknya saja, namun minat dan bakatnya tak diperhatikan.
“Mungkin di geng motor ini dianggap jagoan, dianggap hebat kalau bisa ikut, berani. Inilah akhirnya dalam prinsip psikologi sesuatu yang mendapatkan reward atau pujian, itu yang dilakukan,” ujarnya.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya menyebut pihaknya telah menciduk sekitar 20-an anggota gangster di sejumlah tempat di Jakarta dalam satu pekan. Para pelaku sebagian besar anak muda.
Polisi juga merilis beberapa titik yang dikenal rawan serangan geng motor, seperti Jalan Lenteng Agung, Duren Sawit, Ciracas, Jatiwaringin, Manggarai, Matraman Raya, Cengkareng, Kalideres, Cilincing, Koja dan Cempaka Putih. (km)