logo
×

Selasa, 06 Juni 2017

Menlu Qatar Sebut Negaranya Dikucilkan Karena Berita Palsu

Menlu Qatar Sebut Negaranya Dikucilkan Karena Berita Palsu

NUSANEWS, DOHA - Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani mengatakan pengucilan Doha oleh sejumlah negara Arab dan Mesir disebabkan berita palsu yang dibuat media Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Al Thani mengatakan keputusan negara koalisi Saudi untuk memutus hubungan diplomatik dengan Doha terjadi setelah "peretasan" kantor berita Qatar, QNA, berlangsung pada pekan lalu.

"Ini menunjukkan bahwa media [yang didanai Saudi dan UAE] membuat berita palsu dan membuat kebohongan untuk menyerang Qatar," tutur Al Thani, Selasa (6/6).

"Kampanye media terjadi tak lama setelah peretasan terjadi. Berita palsu yang menghina Qatar belum pernah terjadi sebelumnya dalam standar Dewan Kerja Sama Negara Teluk (GCC). Kami tidak akan jatuh, kami hadapi dengan bijaksana," tuturnya menambahkan.

Pada Selasa (30/5), peretas disebut secara sengaja mempublikasikan ucapan palsu Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani di saluran televisi QNA, berisikan pernyataan Sheikh Tamim yang mendukung Iran--musuh bebuyutan Saudi--serta organisasi terlarang seperti Hamas dan Hizbullah.

Hacker juga disebut memalsukan pernyataan Sheikh Tamim yang menyebut bahwa dirinya mendukung Israel dan menganggap Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak akan lama berkuasa.

Meski pemerintah Qatar membantah, pernyataan itu menjadi berita besar di sejumlah media negara teluk lainnya hingga menimbulkan kecaman terhadap Doha.

Kurang dari sepekan, pada Senin (5/6), Saudi, UAE, Bahrain, Mesir, Yaman, dan Libya, memutus segala bentuk hubungan diplomatik hingga kekonsuleran dengan Qatar.

Negara-negara tersebut bahkan menutup seluruh akses perhubungan dengan Qatar, mengimbau semua warga negaranya yang berada di negara tersebut segera pulang.

Pemutusan hubungan ini dilakukan Saudi Cs dengan dalih keamanan nasional, menuding Qatar mendukung pemberontak dan teroris di Yaman seperti ISIS, Al-Qaidah, hingga Ikhwanul Muslimin--gerakan Islam tertua di dunia.

Al Thani menuturkan, hingga kini negaranya tak mengerti alasan sebenarnya dibalik pengucilan oleh negara Arab tersebut.

Dia mengaku, negara-negara tersebut tak pernah membahas mengenai pemutusan hubungan diplomatik ini secara bilateral maupun multilateral.

"Jika memang ada alasan nyata untuk krisis ini, seharusnya bisa dibahas dalam pertemuan GCC yang berlangsung beberapa minggu lalu. Tapi tidak ada yang membahas persoalan ini," kata Al Thani dalam wawancaranya dengan Al-Jazeera.

"Negara yang bersengketa juga tak mengatakan apa-apa saat KTT Negara Islam-AS di Riyadh beberapa waktu lalu. Jadi tidak ada penjelasan [terkait krisis ini], kami tidak memiliki indikasi bahwa krisis seperti ini akan segera meletus," ujarnya menambahkan. (cnn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: