![]() |
Presiden Indonesia Joko Widodo menerima Maori Hongi atau salam dari seorang tetua Maori saat upacara penyambutan di Government House di Wellington, Selandia Baru (19/3). Jokowi melakukan kunjungan kenegaraannya ke Selandia Baru. (AFP/Marty Melville) |
"Ada indikasi ke arah begitu. Ketika incumbent di bawah 50 persen, ada keraguan dari masyarakat. Sebagian masyarakat ingin ada perubahan kepemimpinan," ujarnya saat dihubungi rilis.id di Jakarta, Senin (26/3/2018).
Berdasarkan hasil survei PolMark Indonesia pada pertengahan Desember 2017, elektabilitas Jokowi sebesar 41 persen. Sedangkan Februari 2018, merujuk rilis Media Survei Nasional, angkanya menjadi 35 persen.
Meski begitu, menurut Ujang, Jokowi cukup cerdik membaca fenomena tersebut. Hal ini, ditandai dengan deklarasi sejumlah partai kepadanya jauh-jauh hari.
"Sesungguhnya Pak Jokowi pandai, mengunci semua kemungkinan-kemungkinan agar tokoh-tokoh (alternatif) itu tidak muncul. Makanya, yang muncul Pak Prabowo," tandas akademisi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini.
Sedikitnya tujuh partai secara resmi telah menyatakan dukungan kepada Jokowi untuk maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Beberapa partai di antaranya merupakan pendukung sejak 2014. Sisanya peserta Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Misalnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Hanura, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Lalu, Partai NasDem, Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Partai Golkar, serta Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
SUMBER