logo
×

Jumat, 29 Juni 2018

Pernyataan Airlangga Bikin PDIP Meradang, Jokowi Bisa Hengkang dari PDIP

Pernyataan Airlangga Bikin PDIP Meradang, Jokowi Bisa Hengkang dari PDIP

NUSANEWS - Peta politik pemilihan presiden (Pilpres) 2019 dinilai berbagai kalangan masih sangat dinamis. Berbagai kemungkinan, masih dapat terjadi. Bahkan, bukan suatu hal yang tak mungkin prediksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan ditinggalkan atau meninggalkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bisa saja terjadi.

Pengamat politik Hendri Satrio mengatakan, ada kemungkinan PDI Perjuangan tak mengusung Jokowi pada Pilpres  2019. Analisisnya itu didasari atas pilihan PDIP dan Jokowi yang kerap berseberangan dalam pilkada, termasuk Pemilihan Gubernur Jawa Timur.

"Saya kira tidak tertutup kemungkinan Pemilu 2019 nanti seperti Pilkada Jatim 2018. PDI Perjuangan tak bersama Jokowi," ujar Hendri di Jakarta, Kamis (28/6/2018).

Akademisi Universitas Paramadina itu juga menuturkan, pada Pilgub Jatim terlihat ada perbedaan yang mencolok antara PDIP dengan Jokowi. Diketahui, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut memilih berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mengusung Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno. 

Sementara itu, di sisi lain, terdapat pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang diusung Partai Golkar, Demokrat, NasDem, Hanura dan PPP.  

Hendri melihat, Khofifah merupakan orang dekat Jokowi. Bahkan, Khofifah merupakan juru bicara Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014. Selanjutnya, Khofifah juga sempat menjadi menteri sosial. 

Karena itu Hendri meyakini sikap Jokowi sangat menentukan Khofifah untuk maju atau tidak di Pilgub Jatim untuk bertempur melawan Gus Ipul yang dipilih oleh Megawati. 

Selain itu, Hendri menilai belakangan ini terkesan makin mesra dengan Partai Golkar.  "Saya juga melihat Jokowi sepertinya kini lebih dekat dengan Golkar daripada ke PDI Perjuangan," terang dia.

Dengan Golkar

Direktur Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris, mengungkapkan, sedikit atau banyak peta politik akan berubah pasca Pilkada serentak 2019. Terlebih, kata dia, Partai Golkar telah tegas menyatakan mendukung pemerintahan Presiden Jokowi dan mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang.

Menurutnya, sikap politik Partai Golkar itu dapat dimaknai komitmen awal untuk mendukung Jokowi dalam Pilpres mendatang. Sementara, lanjut dia, dukungan PDIP, partai pengusung Jokowi, dinilai butuh proses panjang sehingga membutuhkan waktu lama.

Analis Politik & HAM Labor Institute Indonesia, Andy William Sinaga menilai, bertambahnya kursi Golkar di kabinet merupakan sinyal Jokowi akan bergabung dengan Partai Golkar dan meninggalkan PDIP.

Menurutnya, Jokowi mendapat tempat istimewa di Golkar. Tak heran jika Jokowi mempertahankan posisi Airlangga Hartarto sebagai Menteri Perindustrian, meski menjabat Ketua Umum DPP Partai Golkar.

"Partai Golkar secara jelas mendukung Joko Widodo sebagai calon presiden 2 periode. Sedangkan PDIP sampai saat ini belum jelas sikapnya," ucap Andy di Jakarta, Kamis (28/6/2018).

Andy juga melihat, berpalingnya Jokowi dari PDIP karena suara Jokowi kurang didengar dan merasa hanya sebagai petugas partai, bukan bagian dari elite PDIP. Selain itu, salah satu orang dekatnya di Partai Golkar Bambang Soesatyo telah dilantik menjadi Ketua DPR RI.

"Partai Golkar akan dijadikan mesin politik Jokowi dalam pemerintahan saat ini dan pemilihan Presiden yang akan datang," imbuhnya.

Renggang?

Disisi lain, baru-baru ini dikabarkan PDIP sempat dibuat tersinggung dengan pernyataan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Adapun Airlangga sempat menyatakan Presiden Jokowi mendukung Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim.

"Pernyataan (Airlangga Hartarto-red) menyinggung perasaan dan mengarah pada upaya adu domba Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Jokowi," kata Wakil Sekjen DPP PDIP Ahmad Basarah, Selasa (26/6/2018).

Menurut Basarah, sikap Jokowi terhadap Pilgub Jatim setelah Puti Guntur Soekarno ditetapkan sebagai cawagub menggantikan Azwar Anas yang mengundurkan diri sudah sangat jelas. Sebagai Ketua Tim Pemenangan Pilgub Jatim, Basarah dan Puti Guntur Soekarno sudah dua kali dipanggil Jokowi secara khusus pada tanggal 13 Februari 2018 dan 14 Mei 2018.

"Dalam pertemuan tersebut Pak Jokowi memberikan ucapan selamat kepada Mbak Puti dan bahkan beliau memberikan arahan-arahan dan petunjuk cara untuk memenangkan pilgub Jawa Timur. Setelah pertemuan kami berdua dengan Pak Jokowi langsung ditindaklanjuti dukungan dari seluruh relawan-relawan Jokowi yang ada di Jawa Timur," ungkapnya.

"Saya haqul yakin, Pak Jokowi adalah tokoh yang sangat menghormati Bung Karno, Bu Mega dan Pak Guntur Soekarno ayahnya Puti. Jadi tidak mungkin Jokowi tidak mendukung Puti dalam Pilgub Jawa Timur. Oleh karena itu seharusnya Airlangga meminta penjelasan ulang kepada Jokowi tentang siapa sebenarnya yang beliau dukung," pungkasnya.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: