
NUSANEWS - POLITIKUS Fahri Hamzah menyebut angka kemiskinan turun karena Presiden Jokowi marah.
Fahri mengungkapkan itu dalam salah satu edisi acara diskusinya yang digelar di Ambon.
Diskusi bersama Fahri Hamzah ini bertajuk 'Ngopi Bareng Fahri', dan sudah dilakukan di berbagai kota. Setiap edisi diunggah di akun youtube pribadinya 'Fahri Hamzah Official'.
Dalam diskusi di Ambon itu, Fahri Hamzah panjang lebar bicara sebelum akhirnya memberi kesempatan para haters yang ia undang bertanya.
Fahri pun kemudian membicarakan soal mengapa angka kemiskinan di Indonesia bisa turun pada tahun 2018 ini, atau di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Fahri Hamzah pun menyebut bahwa angka kemiskinan di Indonesia dihitung berdasarkan kalori per kapita,dan dia menganggap ukuran itu kurang baik.
"Salah satu penyebab angka kemiskinan turun, karena pak jokowi marah. Kenapa bikin survei angka kemiskinan itu terlambat. Harusnya bikin survei setelah raskin dibagi. Sekaranya namanya rastra, beras sejahtera. Diubah namanya. Setelah dibagi baru orang diwawancara. Kamu makan berapa. Oh sudah ada tambahan kalori sekian dari beras ini. Akhirnya laporan ke BPS masuk, orang miskin turun. Ya terang saja karena baru dibagi beras lalu diwawancara orang. Ini manipulatif, dan terus menerus begini. Menyimpan fakta yang sebenarnya yang ada di dalam tubuh masyarakat kita. Nah ini harus dicari apa namanya, cara-cara baru untuk menganalisanya. Supaya kita naik tingkat dan beradab," kata Fahri Hamzah dalam diskusi tersebut.
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, Angka kemiskinan di Indonesia mencapai titik terendah pada 2018.
Tercatat, kemiskinan di Indonesia turun jadi single digit di angka 9,82 persen.
Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, penurunan angka kemiskinan tersebut dipengaruhi beberapa faktor.
Berikut tiga hal yang membuat kemiskinan di Indonesia turun:
1. Bantuan Sosial dari Pemerintah Turun Tepat Waktu
Bambang mengatakan, Presiden Joko Widodo pada Januari lalu memerintahkan para menteri terkait untuk mengucurkan bantuan sosial kepada masyarakat secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Bantuan sosial dari pemerintah itu berbentuk Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Beras Sejahtera (Rastra), Dana Desa, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Untuk bansos tunai, pada kuartal I 2018 tumbuh 87,6 persen atau lebih tinggi dibanding kuartal I 2017 yang pertumbuhannya 3,39 persen. Pertumbuhan bansos tunai ini disebut Kepala BPS Suhariyanto cukup signifikan.
Sedangkan program rastra dan BPNT tercatat pelaksanaannya sudah sesuai jadwal. Mengutip data Perum Bulog, realisasi distribusi program rastra Januari 2018 sebesar 99,65 persen, dilanjutkan dengan 99,66 persen pada Februari 2018, dan 99,62 persen pada Maret 2018.
2. Pengendalian Inflasi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) penurunan angka kemiskinan terjadi karena terjaganya inflasi selama periode penelitian profil kemiskinan dari September 2017 ke Maret 2018 sebesar 1,92 persen.
Menurut Bambang, tingginya inflasi membuat penambahan pendapatan masyarakat jadi tak berarti.
"Nah jadi kuncinya adalah penanggulangan inflasi terutama pada komoditas yang berkontribusi paling besar pada pengeluaran keluarga miskin," kata Bambang.
Adapun tiga komoditas makanan terbesar yang memberi sumbangan terhadap kemiskinan, yakni beras, rokok kretek filter, serta telur ayam ras. Tiga komoditas ini merupakan penyumbang terbesar terhadap kemiskinan, baik yang terjadi di perkotaan maupun di perdesaan.
Adapun tiga komoditas makanan terbesar yang memberi sumbangan terhadap kemiskinan, yakni beras, rokok kretek filter, serta telur ayam ras.
Tiga komoditas ini merupakan penyumbang terbesar terhadap kemiskinan, baik yang terjadi di perkotaan maupun di perdesaan.
Beras tercatat menyumbang 20,95 persen terhadap kemiskinan di perkotaan dan 26,79 persen di perdesaan. Kemudian rokok kretek filter menyumbang 11,07 persen terhadap kemiskinan di perkotaan serta 10,21 persen di perdesaan.
Sementara telur ayam ras berkontribusi terhadap kemiskinan 4,09 persen di perkotaan serta 3,28 persen di perdesaan.
Adapun komoditi berikutnya yang menyumbang terhadap angka kemiskinan di antaranya daging ayam ras, mi instan, hingga gula pasir di mana sama-sama didapati di perkotaan maupun perdesaan, namun hanya berbeda urutannya.
Adapun komoditi bukan makanan yang ikut memberi sumbangan terbesar untuk kemiskinan, baik di perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, hingga perlengkapan mandi.
3. Tingginya Nilai Tukar Petani
Turunnya jumlah penduduk miskin turut dipengaruhi oleh Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2018 yang terbilang tinggi, yakni 101,94 atau di atas 100.
NTP merupakan indikator yang menentukan kesejahteraan petani dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani dalam persentase.
SUMBER