logo
×

Minggu, 01 Juli 2018

Mengemis Selamat pada Kang Ajat

Mengemis Selamat pada Kang Ajat

Oleh : Hizbullah Ivan*

SALAM HORMAT bagi seluruh kandidat. Khususnya Tubagus Hasanuddin dan Dedi Mizwar

Lebih kurang begitulah kata Admin dalam Fan Page Ridwan Kamil yang disampaikan satu hari tepat setelah perhelatan akbar Pilkada di Jawa Barat.

Meskipun hasilnya masih mengambang ditengah absurdnya eskalasi hitung cepat. Aaakh bodo amat, yang penting dapat selamat…

Dahsyat. Bahasanya nampak halus memikat. Namun sebetulnya sesat. Karena bagi mereka yang masih berakal sehat, bahasa semacam ini adalah retorika cacat.

Berbeda dengan para pemandu sorak, langkah emil ini mungkin dianggapnya bijak. Tapi bagi kalangan yang paham makna bahasa & kata-kata, ujaran semacam ini tak ubahnya seperti propaganda.

Mengucapkan hormat khusus kepada dua kandidat, seolah-olah kandidat lain separuh terhormat. What… ??? Are you Cageur.. ???

Dalam komunikasi politik. Tradisi berbahasa semacam itu adalah distorsi komunikasi.

Terdapat semacam topeng kemunafikan atau lebih tepatnya eufimisme (penghalusan kata) dalam gaya komunikasi politik yang di design untuk menutupi situasi sesungguhnya.

Pernyataannya mungkin saja bisa dianggap benar, hanya saja memang tidak sesuai dengan kenyataannya. Seakan menyampaikan salam hormat, akan tetapi kenyataannya menghujat.

Tujuannya, menggiring opini masyarakat agar terbentuk persepsi bahwa hanya Kang Adjat yang tidak mengucap selamat.

Bagaimana Cintaaah… ??
Kamu ketauan Yess ??
Benar kan, apa kata aiiiiing.. ??

Padahal, wajarlah jika Hasanah & D2 mengucapkan selamat lbh dulu. Karena bukankah mereka sekufu..?? Sama sama mendukung Bapak Jokowi. Artinya, sesama bis malam dilarang saling mendahului. Betul lagi yess.. ???

Lucu sekaligus kasian.

Lucu. Karena sikap mental semacam itu tak ubahnya kelakuan ABG unyu yg masih doyan nyedot air susu ibu. Giliran gak dapet susu, eh dia lempar batu. Terlalu….

Kasian. Karena bagaimana tidak dikasihani, retorika verbal yg diungkapkan oleh sang Admin justru mewakili sikap sang junjungan yang terkesan seperti remaja baperan. Tak dapat ucapan selamat dari sang mantan, eh do’i langsung curhat.

Nasihat eiyke untuk kang emil adalah,,
woles dong cintaaaaah,, yeeey santay dikit lah bradaahh…

Kang Adjat dan Syaikhu adalah typologi manusia berakhlakul karimah. Mereka berdua paham betul bagaimana menjalin muamalah.

Karena bagi orang-orang berilmu, setiap perbuatan (amal) itu harus dilandasi adab.

Adabnya, jika segala sesuatu diniatkan ibadah, maka setiap laku itu terikat waktu. Tak terkecuali ucapan selamat.

Analoginya, tidak mungkin kita mengucapkan selamat lebaran di saat hari raya qurban.
Yess kan..?

Demikian pula menyoal Pilkada. Simpanlah dahulu rasa rindu, tahan duluuu, sabar duluuu, jangan terbawa nafsu sehingga ingin buru-buru.

Tunggulah KPU untuk bekerja dulu, mengumumkan formula angka-angka yg hasilnya tentu kita semua akan terima dengan lapang dada.

Ilmunya, adalah tulus, ikhlas, dan tawadhu.
Jadi, bukannya Kang Adjat tak mau beri ucapan selamat. Hanya saja kami paham bahwa ucapan selamat akan terasa lebih nikmat jika disampaikan pada saat yang tepat.

Paham yess…?

Jadiii,
Jika ingin menang secara bermartabat di Jawa Barat. Maka bersikaplah layaknya lelaki terhormat.

Usah lagi MENGEMIS SELAMAT PADA KANG ADJAT.

END.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: