logo
×

Kamis, 16 Agustus 2018

Banjir Impor Produk China, Rupiah Terkapar Terhadap Yuan

Banjir Impor Produk China, Rupiah Terkapar Terhadap Yuan

NUSANEWS - Pagi ini rupiah tidak mampu menahan kedigdayaan yuan, menyusul defisit neraca perdagangan Indonesia per Juli 2018 yang menunjukkan impor produk asal China semakin membanjir.

Pada Rabu (15/8/2018), pukul 11:43 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.117,33. Rupiah melemah 0,05% dibandingkan perdagangan kemarin.

Sumber: Reuters

Sementara itu, harga jual yuan di beberapa bank masih mendekati posisi Rp 2.200/yuan. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 10:20 WIB:

Bank Harga Beli Harga Jual
Bank Mandiri Rp 2.030,00 Rp 2.176,00
Bank BRI Rp 2.053,31 Rp 2.196,07
Bank BCA Rp 2.050,00 Rp 2.178,00


Siang ini, Bank Indonesia (BI) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate per Juli 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih menahan suku bunga acuan di 5,25%.

Di tengah kuatnya pengaruh global terutama ancaman krisis ekonomi di Turki, ekspektasi BI akan menahan suku bunga acuan menjadi sentimen negatif di pasar. Investor membutuhkan sesuatu yang menarik dari pasar keuangan Indonesia, salah satunya berupa kenaikan suku bunga acuan.


Dengan kenaikan suku bunga acuan, tingkat imbal hasil di pasar obligasi national akan lebih menarik sehingga investor global mau menginvestasikan dananya ke Indonesia. Dengan perkiraan suku bunga acuan netral, investor berpikir dua kali jika hendak masuk ke Indonesia.

Sumber: Reuters

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data neraca perdagangan Indonesia per Juli.  Hasilnya adalah neraca perdagangan mencatat defisit US$ 2,03 miliar atau tertinggi sejak Juni 2013.

Neraca perdagangan antara Indonesia dan China dari sisi non-migas kembali mengalami defisit, yang memperparah tren defisit yang terjadi sejak awal tahun.

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: