logo
×

Kamis, 16 Agustus 2018

Impor Juli Meroket, Eksodus Barang China ke RI Sudah Parah!

Impor Juli Meroket, Eksodus Barang China ke RI Sudah Parah!

NUSANEWS - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor dan impor pada Juli 2018. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia tembus US$ 16,24 miliar atau tumbuh 19,33% secara tahunan (year-on-year/YoY). Sementara impor naik 31,56% YoY menjadi US$18,27 miliar. Sehingga defisit neraca perdagangan bulan lalu mencapai US$2,03 miliar.

Defisit itu jauh lebih besar daripada konsensus CNBC Indonesia yang meramal defisit sebesar US$640 juta. Berdasarkan survei CNBC Indonesia kepada sejumlah ekonom, impor diprediksikan hanya tumbuh sebesar 13,4% YoY, sementara ekspor diperkirakan naik 11,3% YoY.

Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi persnya mengatakan nilai impor melesat dipengaruhi barang konsumsi. "Impor bahan konsumsi melesat 60,75% YoY. Di antaranya beras, apel dari China, daging dari India, dan beberapa jenis obat-obatan. Itu yang menyebabkan barang impor konsumsi kita naik" kata Suhariyanto.

Sementara itu, impor barang modal dan bahan baku masing-masing meningkat sebesar 24,81% YoY dan 30,07% YoY. Secara kumulatif, total impor Januari-Juli naik 24,48% YoY menjadi US$107,32 miliar.

Apabila ditarik secara historis, defisit neraca perdagangan bulan lalu merupakan yang terparah dalam 5 tahun terakhir, atau sejak Juli 2013. Sepanjang tahun ini (hingga bulan Juli 2018), defisit neraca perdagangan sudah mencapai US$3,1 miliar.

Satu catatan yang menarik, defisit perdagangan Indonesia dengan China terus melebar, dari semula US$8,05 miliar di periode Januari-Juli 2017 menjadi US$10,5 miliar di periode yang sama tahun ini. Pada bulan lalu, komoditas impor China yang paling banyak membanjiri tanah air adalah apel dan laptop.



Secara historis, defisit perdagangan dengan China pada periode Januari-Juli 2018 ini bisa dibilang cukup parah. Nilai sebesar US$10,5 miliar sudah hampir menyamai defisit perdagangan sebesar US$12,68 miliar pada tahun 2017. Bahkan, sebelum masa pemerintahan Jokowi-JK, defisit neraca perdagangan dengan China "hanya" sebesar US$7,25 miliar.

Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian pemerintah, apalagi kalo ingin menyelamatkan rupiah yang kini sudah terdepresiasi di kisaran 7% di sepanjang tahun ini. (RHG/RHG)

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: