
NUSANEWS - Perebutan kursi wakil gubernur DKI Jakarta pasca mundurmya Sandiaga Uno, semakin menghangat dengan munculnya sejumlah nama dari Partai Gerindra dan PKS, dua partai pengusung Anies-Sandi di Pilkada Jakarta 2017.
Meski demikian, nama Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang juga Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, Mohamad Taufik, menjadi kuda hitam.
"Dia memang sosok yang paling layak diantara nama-nama yang muncul baik dari Gerindra maupun PKS. Karena dibanding nama-nama itu, Taufik punya lebih banyak kelebihan," kata Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta), M Rico Sinaga di Jakarta, Selasa (14/8).
Nama-nama yang muncul dari PKS adalah mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera. Sedang dari Gerindra, nama yang muncul ke permukaan adalah M Taufik.
Namun peluang Aher telah digugurkan Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Bahtiar.
"Pak Aher sudah dua kali menjadi gubernur Jabar, sehingga tidak boleh dicalonkan lagi menjadi Wagub DKI, sebagaimana tertuang dalam pasal 7 ayat (2) huruf n UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/8).
Maka, praktis jika tak ada perubahan nama dari DPP PKS maupun DPP Partai Gerindra, nama Mardani dan Taufik akan diusulkan ke DPRD DKI untuk dipilih salah satunya sebagai Wagub pengganti Sandiaga Uno, melalui sidang paripurna.
Menurut Rico, karena Jakarta merupakan wilayah dengan persoalan yang sangat kompleks, maka dibutuhkan figur yang kuat dan memahami persoalan Jakarta secara komprehensif.
"Mardani tokoh yang luar biasa. Dia menginisiasi gerakan #2019GantiPresiden, dan gerakan itu sekarang telah menjadi gerakan berskala nasional," kata Rico.
Selain hal tersebut, seperti halnya Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang dijuluki Singa Senayan, Mardani juga politisi vokal yang berani, sehingga saat ini dia menjadi politisi PKS yang namanya paling bersinar di antara politisi-politisi PKS yang lain.
Meski demikian, tegas mantan Presidium Relawan Anies Sandi (PRASS) ini, Mardani belum pernah pernah terlibat dalam pemerintahan Jakarta, dan juga belum pernah menjadi anggota DPRD DKI Jakart. Sehingga meski Mardani paham masalah Jakarta, ia yakin hanya di luarnya dan tidak terlalu mendalam.
"Taufik sebaliknya. Dia merupakan Wakil Ketua DPRD DKI periode 2014-2019, dan sebelum menjadi anggota Dewan, sejak 1994 dia aktivis dengan LSM bernama PPJ (Pusat Pembangunan Jakarta). Jadi, kematangan dia dalam memahami masalah Jakarta bisa diuji," papar Rico.
Selain hal tersebut, menurut Rico, Taufik juga orang yang dikenal sangat dekat dengan masyarakat, pernah menjadi ketua Balegda (Badan Legislasi Daerah) DPRD DKI, dan termasuk tipikal orang yang fleksibel, sehingga dapat tune in dengan siapa saja, termasuk dengan Gubernur Anies Rasyid Baswedan. [yhr]
SUMBER