
NUSANEWS - Misteri soal sosok dibalik pencekalan Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi perlahan mulai terungkap. Front Pembela Islam (FPI) menduga, ada keterlibatan intelijen Indonesia di balik aksi ini.
Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), KH Ahmad Sobri Lubis berujar, dalam dunia intelijen, hanya pihak intelijen negara asal Indonesia yang bisa melakukan pertukaran informasi dan sekaligus permintaan melalui saluran intelijen.
"Tentu saja informasi intelijen negara asal WNI tersebut adalah informasi bersifat negatif dan fitnah terhadap HRS (Habib Rizieq Shihab) sehingga berakibat negatif terhadap kondisi HRS," kata Sobri dalam keterangannya, Minggu (30/9/2018).
Sobri mengungkapkan, Rizieq sudah memberi tahu Dubes RI untuk Saudi via telpon maupun utusan Dubes RI yang datang ke rumah Habib Rizieq di Mekkah jauh sebelum masa berlaku visa habis. Bahkan Rizieq telah mengirim salinan paspor dan visanya melalui sang utusan.
"Operasi intelijen hitam berhasil mencekal HRS sampai overstay agar ada alasan HRS ditahan. Tapi sampai hari ini HRS melakukan perjuangan melalui jalur hukum di Saudi tanpa bantuan KBRI Riyadh maupun KJRI Jeddah," jelasnya.
Sobri berpendapat, dalam pernyataan KBRI justru membuktikan bahwa terjadi pembiaran terhadap WNI yang harusnya mendapatkan bantuan. Ia pun beranggapan ada pembiaran terhadap Habib Rizieq.
"Secara hukum sudah terbukti dari pernyataan Dubes Saudi di Jakarta bahwa HRS tidak ada masalah hukum. Masalah overstay justru karena pihak Saudi melindungi kepergian tersebut karena pihak Saudi sangat khawatir HRS dicelakakan oleh death squad yang dikirim untuk mencelakakan Habib Rizieq sebagaimana kasus Almarhum Munir Thalib yang dibunuh dalam penerbangan," ungkapnya.
Jadi, lanjut Shabri, pihak Saudi sudah tahu bahwa ada kelompok yang mampu bekerja sebagaimana dalam kasus almuarhum Munir Thalib.
"Dan kasus almarhum Munir Thalib ini jelas melibatkan death squad dari Indonesia. Ini yang menyebabkan Kerajaan Saudi mem-protect dengan cara tidak mengizinkan HRS keluar dari Saudi," pungkasnya.
SUMBER