
NUSANEWS - Menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia dua periode, tepatnya 2004-2014; membangun Indonesia dari Sabang hingga Merauke serta pencapaian lainnya diungkapkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan hal kecil. Hal kecil untuk melengkapi pembangunan yang diwariskan pemimpin terdahulu.
Hal itu disampaikan SBY lewat akun twiternya @SBYudhoyono pada Rabu (12/9/2018), berselang dua hari dari hari kelahirannya dan Partai Demokrat yang jatuh pada tanggal Minggu (9/9/2018).
Lewat statusnya, dirinya mencatat ada tiga hal utama yang disampaikan oleh masyarakat kepada dirinya, yakni Ucapan selamat ulang tahun, terima kasih 10 th kepemimpinannya dan pesan agar 'SBY Jangan Diam Saja'.
Terkait ucapan selamat, SBY menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang telah menuliskan selamat, pesan dan harapan kepada dirinya maupun kkeluarga. Tetapi menyangkut ucapan 10 tahun kepemimpinannya, SBY mengaku jika pencapaian yang dihasilkannya merupakan bagian kecul dari pemimpin terdahulu.
"Yg berterima kasih atas "10 th SBY", saya sampaikan bahwa semua yg saya lakukan dulu, adlh tugas & kewajiban saya sbgi Presiden. Yg saya lakukan dulu sebenarnya adlh bagian kecil dari yg dilakukan semua Presiden sebelum saya, beserta pemerintahan yg dipimpinnya *SBY*," tulis SBY pada Rabu (12/9/2018).
Yg saya lakukan dulu sebenarnya adlh bagian kecil dari yg dilakukan semua Presiden sebelum saya, beserta pemerintahan yg dipimpinnya *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) 12 September 2018
"Tak mungkin saya bisa meraih hasil & capaian, serta bikin Indonesia lebih maju, jika landasannya tak dibangun oleh para pendahulu saya *SBY*," tambahnya.
Menyangkut pesan 'SBY Jangan Diam Saja', SBY mengaku akan terus bersuara. Terlebih jika kebijakan pemerintah tidak pro rakyat.
"Terhadap pesan 'SBY Jangan Diam Saja' ~ sebenarnya saya juga ikut berpikir & berkontribusi agar Indonesia kita makin maju, adil & sejahtera. Setiap saya sampaikan pernyataan ~ ada yg setuju & dukung, namun ada yg menentang & marah. Tapi itu risiko saya. Demokrasi kan begitu *SBY*," tulis SBY.
"Memang keluarga & para sahabat saya sering tidak tega kalau saya 'di-bully' habis, gara-gara pandangan & saran saya kpd pemerintah *SBY*," tambahnya.
Memang keluarga & para sahabat saya sering tidak tega kalau saya "di-bully" habis, gara-gara pandangan & saran saya kpd pemerintah *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) 12 September 2018
Berbeda dengan SBY, Presiden Joko Widodo diungkapkan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Andi Arief bakal mengahpus peninggalan pembangunan yang dilakukan oleh Presiden terdahulu.
Hal tersebut dibuktikannya lewat potret sebuah kolom berita harian lokal Nusa Tenggara Barat(NTB) yang diposting lewat akun twitternya, @AndiArief_ pada Rabu (12/9/2018).
Dalam laporan tersebut, terdapat keterangan Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Nusa Tenggara Barat (NTB), Brigjen TNI (Purn) H Abdul Kadir yang menolak pembongkaran prasasti yang ditandatangani Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Alasannya, karena prasasti tersebut menjadi memorial resmi beroperasinya Bandara International Lombok (BIL) yang berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah, NTB pada tanggal 20 Oktober 2011.
"Sampai segininya mau mengubur jejak sejarah," tulis Andi Arief menyinggung Jokowi.
Sampai segininya mau mengubur jejak aejarah. pic.twitter.com/kRZKoHLHUf— andi arief (@AndiArief__) 12 September 2018
Dirinya pun mengaku heran dengan aksi Jokowi-sapaan Joko Widodo; yang hendak mengakui hasil pembangunan pemimpin terdahulu. Aksi tersebut katanya melampaui akal dari mafia nomor satu dunia.
"Saya gak habis fikir sampai ada upaya jokowi untuk mengklaim pembangunan infrastruktur yang dibangun oleh Preaiden terdahulu dsngan cara mengganti prasastinya, mafia nomor wahid dunia saja tak pernah punya pikiran dan cara ini," tulisnya lagi.
Saya gak habis fikir sampai ada upaya jokowi untuk mengklaim pembangunan infrastruktur yang dibangun oleh Preaiden terdahulu dsngan cara mengganti prasastinya, mafia nomor wahid dunia saja tak pernah punya pikiran dan cara ini— andi arief (@AndiArief__) 12 September 2018
SUMBER