NUSANEWS - Aktivis kemanusiaan, Ratna Sarumpaet dilarang masuk ke negaranya sendiri. Presidium Nasional Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) itu ditolak masuk Kota Batam, Kepulauan Riau, Minggu kemarin (16/9).
Ratna geram kedatangannya di Batam ditolak oleh sejumlah massa yang mengatasnamakan diri "Barisan Cinta Damai Kota Batam' pada Minggu siang. Mereka menolak Ratna di Bandara Hang Nadim.
Ratna heran kenapa dia dilarang masuk Batam. Pasalnya, dia tidak memiliki penyakit menular dan bukan seorang teroris.
"Kenapa saya tidak boleh turun di Batam? Apakah saya penyakitan? Apakah ada penyakit menular di tubuh saya? Apakah saya teroris, apakah saya ada tindakan kriminal yang saya lakukan? Buktikan dong," ujar Ratna kesal saat jumpa pers di Bandara Hang Nadim.
Dia mengaku diperlakukan polisi tidak adil. Aparat kepolisian lebih melindungi hak orang yang menolak dia masuk Batam dengan alasan yang terkesan dibuat-buat, ketimbang melindungi haknya menghadiri acara silaturahmi dan diskusi GSI.
"Saya tidak bawa orang, saya cuma sendiri. Saya tidak ngerti mau sampai kapan kita dibuat begini. Saya pun tidak heran banyak rakyat sekarang yang menginginkan ganti presiden," ujar Ratna.
Kapolresta Barelang, Kombes Hengki menjelaskan, tidak jadinya Ratna Sarumpaet menjalankan kegiatannya di Batam, karena gelombang penolakan dari berbagai pihak. Upaya kepolisian murni karena pertimbangan kondusivitas keadaan Batam.
Pihak kepolisian mengambil langkah terbaik dengan mempercepat kunjungan Ratna. Dia hanya berada di Bandara Hang Nadim saja sekitar tiga jam.
Ratna sendiri dalam kapasitasnya sebagai Presidium Nasional GSI dijadwalkan menghadiri diskusi GSI Kota Batam pada Minggu siang.
Selain Ratna, diskusi GSI di Kota Batam rencananya juga akan dihadiri Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, mewakili Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal dan sejumlah tokoh lainnya.
GSI menjadwalkan akan menggelar diskusi dan deklarasi GSI di 34 provinsi seluruh Indonesia. Sebelumnya, sudah digelar di Kota Pangkalpinang (Bangka Belitung), serta Kota Palembang dan Kota Lubuklinggau (Sumatera Selatan). [rus]
SUMBER