
NUSANEWS - Beberapa lembaga sudah merilis hasil survei terkait elektabilitas capres dan cawapres yang bertarung di Pilpres 2019. Hasilnya pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul telak daripada pasangan Prabowo-Sandiaga. Mengetahui jagoannya kalah dari hasil survei tersebut, tidak membuat kubu Prabowo-Sandi berkecil hati.
Kubu Prabowo tetap optimis menang karena sudah belajar dari pengalaman, di mana saat pemilihan umum banyak petahana yang dijagokan menang versi lembaga survei tapi kalah saat pemungutan suara.
Mereka berkomentar terkait hasil survei tersebut. Apa komentarnya?

1. Lembaga survei tersebut pesanan
Merdeka.com - Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono curiga terhadap lembaga survei yang memenangkan elektabilitas Capres petahana Jokowi-Ma'ruf Amin makin tinggi. Dia melihat, lembaga survei tersebut pesanan. Apalagi sejak diundang ke Istana pada bulan Mei lalu dan bertemu Jokowi.
"Lima lembaga survei yang menyatakan elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin selalu leading patut dicurigai. Pertama, kelima lembaga survei opini tersebut sebelumnya di bulan Mei 2018 di undang ke Istana. Artinya ada pesan-pesan khusus alias pesanan survei serta tidak independent," katanya dalam keterangan tertulis kepada merdeka.com, Selasa (9/10).
Sindiran Arief ini terkait dengan berkumpulnya sejumlah bos lembaga survei di Istana pada 31 Mei lalu. Namun Jokowi tak hanya kumpulkan lembaga survei, tapi juga pengamat politik dan pegiat pemilu.

2. Lembaga survei sering salah
Merdeka.com - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak menanggapi santai hasil teranyar survei dilakukan mengenai elektabilitas capres-cawapres Prabowo-Sandi yang jauh lebih rendah dibandingkan Jokowi-Ma'ruf.
"Wajar bila Petahana surveinya lebih tinggi, dan itu terjadi di banyak tempat, namun belakangan ini terlalu sering lembaga survei salah dan hasilnya petahana kalah," kata Dahnil saat dikonfirmasi merdeka.com, Senin (8/10).
Namun, menurut Dahnil, hasil survei tersebut tak bisa menjadi rujukan terhadap hasil pemilihan akhir. Dia mencontohkan dari hasil sejumlah survei pada Pilkada DKI 2012 elektabilitas petahana Fauzi Bowo (Foke) selalu unggul atas pesaingnya Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Akan tetapi, hasil penghitungan suara resmi Foke kalah dengan Jokowi.

3. Kedaulatan di tangan rakyat, bukan lembaga survei
Merdeka.com - Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengatakan, hasil survei tersebut tidak bisa menjadi kesimpulan bahwa Prabowo akan kalah. Dia mempercayai kemenangan Prabowo-Sandiaga tidak dipengaruhi atas hasil survei. Alasannya karena rakyat kritis dalam menyikapi isu-isu yang muncul ketika Pilpres berlangsung.
"Tentang rakyat masih percaya itu hak rakyat tapi itu juga hak lembaga survei. Publik sudah paham SMRC itu apa dan siapa, kualitasnya orang juga sudah hafal, jadi silakan survei apapun bahkan 98 persen juga boleh," tegasnya.
"Rakyat sudah hafal dengan itu semuanya dan sekali lagi pemilih itu kedaulatan ada di tangan rakyat dan bukan di tangan lembaga survei," kata Hidayat Nur Wahid.
SUMBER