
NUSANEWS - Pertemuan Tahunan World Bank dan IMF yang digelar di Bali pada 8-13 Oktober 2018 diharapkan bisa memiliki dampak besar bagi penciptaan lapangan kerja.
Jika itu tidak terjadi maka pertemuan yang dilakukan di Bali itu hanya akan menjadi sia-sia di tengan penderitaan rakyat Indonesia pasca gempa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Diketahui proyek-proyek yang didanai dari pinjaman IMF dan Bank Dunia selama ini belum dapat meningkatkan perluasan kesempatan kerja yang inklusif bagi pekerja Indonesia, khususnya pekerja muda.
“Proyek infrastruktur yang digagas oleh pemerintah ternyata belum dapat membuka kesempatan bagi labor market di Indonesia,” ujar Andy William Sinaga, Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia, Senin (8/10/2018P).
Selain itu perusahan-perusahaan nasional yang mendapatkan dan dari International Finance Cooperation (IFC) yang merupakan lembaga di bawah World Bank atau Bank Dunia belum dapat mendukung dan mempromosikan kerja layak.
Seperti adanya perusahaan nasional Indonesia di Jawa Timur yang anti serikat buruh dan menerapkan diskriminasi ditempat kerja.
Bukan itu saja, pekerjaan masa depan (Future of Work) di Indonesia sebagai akibat maraknya digitaliasi ekonomi menyebabkan pemutusan hubungam kerja (PHK), namun ke dua lembaga keuangan internasional tersebut belum dapat memberikan remedy dan way out bagi Indonesia sebagai salah satu kreditor terbesar.
“Untuk itu Labor Institute Indonesia mengharapkan agar pemerintah dapat mendorong ke dua lembaga keuangan internasional tersebut agar peka terhadap Program penciptaan lapangan kerja, Pekerjaan yang layak, dan mendukung inovasi atas pekerjaan masa depan (Future Of Work) di Indonesia,” jelasnya.
SUMBER