
NUSANEWS - Gempa dan tsunami Palu, Donggala, Sigi, Sulawesi Tengah sudah 14 hari berlalu. Namun aktivitas di tiga wilayah itu belum sepenuhnya berjalan normal.
Pantauan Pojoksatu.id, Kamis (11/8/2018), sebagian kecil warga memang sudah menjalankan aktivitas seperti biasa.
Seperti pemilik warung makan, kios dan di pasar. Seperti di pasar Masomba, Jalan Tanjung Manimbaya Kota Palu.
Namun demikian, toko atau ruko yang buka masih sangat terbatas. Kebanyakan pedagang belum membuka lapak jualannya.
Ada yang masih mengungsi di rumah keluarga yang dianggap aman atau mudik ke kampung halamannya.
Kios-kios yang buka pun menjual barang dagangannya dengan harga di atas normal.

Tabung elpiji 3 Kg misalnya dijual pada kisaran Rp30 ribu sampai Rp40 ribu.
Bahkan akhir pekan lalu, Pojoksatu.id sempat mendapati pengecer yang menjual hingga Rp50 ribu.
Khusus rokok, dijual dengan selisih harga sampai Rp5.000 di atas harga normal untuk semua merk.
“Jual tabung gas ini, saya cuma untung Rp5.000 pak. Saya juga belinya mahal,” kata Heruddin (59) pedagang di Pasar Masomba.
Selain aktivitas perekonomian, bagi warga yang rumahnya tidak roboh, mereka mulai membersihkan rumahnya.
Meski demikian, mereka belum berani tinggal atau bermalam di rumahnya.
Mayoritas warga Palu memilih memasang tenda di depan rumahnya karena takut terjadi gempa susulan dengan kekuatan besar.
Apalagi tiga hari terakhir, setidaknya sudah empat kali terjadi gempa yang cukup terasa getarannya dan membuat warga panik.
Bagi warga di posko pengungsian, siang hari mereka kembali ke rumah membersihkan, kemudian pada malam hari kembali ke pengungsian.

“Masih takut bermalam di rumah. Apalagi ada retak-retak. Setiap pagi saya cuma membersihkan rumah, kalau malam balik ke posko,” ujar Yardin, warga Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu.
Sementara itu, pencarian korban gempa dan tsunami baik di Palu, Sigi dan Donggala resmi dihentikan hari ini.
Meski diyakini masih banyak warga yang tertimbun terutama di Petobo (Palu Selatan) dan Perumnas Balaroa Kota Palu.
SUMBER