
NUSANEWS - Ekonom senior, Rizal Ramli memaparkan bahwa krisis yang terjadi pada tahun 1998 silam karena Indonesia mengundang IMF. Ia menilai bahwa jika saat itu krisis ditangani sendiri oleh pemerintah Indonesia maka tidak akan terjadi krisis.
“Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1998. Krisis itu kalau kita tangani sendiri, yang tadinya tumbuh rata-rata 6%, ekonomi Indonesia paling akan anjlok 2 – 0 %. Akan tetapi, karena kita mengundang IMF, ekonomi Indonesia malah anjlok ke -13%,” katanya dalam akun twitter pribadinya, @RamliRizal pada Selasa (09/10/2018).
Rizal memaparkan, saat itu IMF memaksa dan membujuk Pemerintah Indonesia untuk menaikkan tingkat bunga sangat tinggi dari 18% ke 80%. Teorinya, untuk menahan pelarian modal dan memperkuat Rupiah.
“Dampaknya, hampir semua perusahaan di Indonesia langsung tidak mampu bayar dan macet kredit,” ulasnya.
Menurutnya, ia adalah satu-satunya ekonom Indonesia yang menolak pinjaman IMF di pertemuan para ekonom di Hotel Borobudur dengan Managing Director IMF, Camdesus bulan Oktober 1997, sebelum Camdesus bertemu Presiden Soeharto di Istana.
“Saya menolak karena ekonomi akan semakin rusak dibawah IMF, ternyata semuanya terbukti. Terjadi krisis besar 1997/1998, ekonomi anjlok dari rata 6% ke -13% karena salah saran dan kebijakan IMF. Untuk selamatkan bank-bank, BLBI disuntik $80 milyar, biaya penyelamatan bank terbesar relatif GDP, perusahaan banyak yang bangkrut, penggangguran naik 40%,” tuturnya.
Hari ini 20 tahun kemudian, kata dia, masih banyak komprador IMF di pemerintahan, elit dan media. Maka, mantan Menteri Kemaritiman ini mengingatkan bahwa dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, bisa terjadi krisi yang lebih dahsyat dari tahun 1998.
“Semi krisis hari ini, bisa berkembang dan berujung pada pinjaman IMF lagi, dgn kerusakan lebih dahsyat dari 1998. Belajarlah dari sejarah,” tukasnya.
SUMBER