logo
×

Jumat, 02 November 2018

Buka Rahasia Black Box Lion Air JT-610, KNKT Cuma Butuh 3 Minggu, Gak Perlu Boeing

Buka Rahasia Black Box Lion Air JT-610, KNKT Cuma Butuh 3 Minggu, Gak Perlu Boeing

NUSANEWS - Black box Lion Air JT-610 yang diduga merupakan flight data recorder (FDR) sudah ditemukan, Kamis (1/11/2018) siang kemarin.

Benda berwarna oranye itu menjadi kunci pembuka tabir penyebab jatuhnya pesawat dengan penumpang total 189 beserta kru pesawat.

Kotak hitam itu kini sudah diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Dijelaskan, FDR sendiri berisikan data-data penerbangan seperti ketinggian, arah, dan kecepatan pesawat dengan kapasitas perekaman selama 25 jam penerbangan.

Dengan kapasitas memori itu, data penerbangan sebelumnya pun akan bisa dibaca.

Namun, bagian black box lainnya, cockpit voice recorder (CVR) hingga saat ini masih dalam pencarian.

Berbeda, CVR berisi rekaman percakapan pilot dengan kopilot dan kru kabin, suara di kokpit, serta percakapan dengan petugas menara pemandu lalu lintas udara (air traffic controller/ATC).

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang menemukan titik FDR dengan sejumlah peralatan di Kapal Baruna Jaya I itu yakin juga bisa mendeteksi lokasi CVR hari ini, Jumat (2/11).

Usai sinyal kotak hitam terdeteksi, sejumlah anggota TNI-AL menyelam untuk menelusuri sekaligus menemukan lokasi FDR.

Adalah anggota Batalyon Intai Amfibi (Taifib) I Marinir Sertu Hendra Syahputra dan Kopda Ali yang berhasil menemukan dan mengangkat benda penting tersebut di kendalaman 35 meter.

Pada pukul 18.20 FDR yang dimasukkan ke kotak khusus yang berisi air itu tiba di dermaga JICT oleh Kapal RIB Taifib.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Ketua KNKT Soerjanto dan Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M. Ilyas lantas menjelaskan perihal penemuan FDR tersebut.

Budi menuturkan, FDR itu bisa menjadi petunjuk untuk mengetahui penyebab celakanya pesawat Lion Air dengan rute penerbangan Jakarta–Pangkalpinang itu.

“Semoga dengan diperolehnya FDR ini, kami harapkan, bisa meneliti lebih jauh,” kata Budi.

Soerjanto menjelaskan, FDR yang ditemukan itu sudah lepas dari cangkang dan hanya menyisakan crash protection box yang berisi kartu memori.

Di kartu memori itulah data-data penerbangan tersimpan.

Data tersebut bisa dijadikan bahan analisis untuk menemukan penyebab kecelakaan pesawat itu. Dibutuhkan waktu dua hingga tiga pekan untuk menganalisis data.

Dia memastikan bahwa penyelidikan yang sepenuhnya dilakukan di Indonesia itu akan independen.

Tak perlu meminta bantuan produsen pesawat Boeing.

“Tidak ada kaitannya (Boeing, Red) dengan ini, ya. Kami menyelidikinya, masalah kenapa kecelakaan ini, ya independen,” tegas dia.

Sementara, untuk proses evakuasi hari ini difokuskan mencari black box cockpit voice recorder (CVR), badan pesawat dan korban yang diduga masih terjebak di dalam badan pesawat.

Selain mengerahkan sejumlah kapal, juga diterjukan ratusan penyelam dari berbagai elemen untuk menelurusi dasar laut dengan kedalaman lebih kurang 32 meter tersebut.

Dari data yang terpasang di Posko Evakuasi Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/11), total ada 119 penyelam yang diturunkan ke perairan Karawang, Jawa Barat itu.

Masing-masing, dari BSG 17 orang, Kansar Semarang 5 orang, POSSI Semarang 6 orang dan Indonesia Diver 8 orang.

Selain itu, juga diterjunkan sejumlah personil dari pasukan elit milk TNI Angkatan Laut (AL).

Yakni Kopaska 38 personel, Denjaka 28 personel dan dari pasukan Taifib sebanyak 17 personel.

Penyelaman akan difokuskan pada titik penemuan black box pertama yakni di kedalaman 32 meter dasar laut.

Posisinya, 500 meter arah barat laut dari titik koordinat kontak terahir hilang kontak pesawat.

Pasalnya, di titik itu juga tim gabungan yang dipandu Basarnas sudah menemukan roda dan bagian badan pesawat.

Hanya saja, sampai saat ini masih mengalami kendala pengangkatan karena di sekitar lokasi terdapat banyak pipa milik Pertamina.

Tim telah mengerahkan kapal-kapal pencari untuk mendekat ke lokasi tersebut hingga radius 40-50 meter untuk menurunkan jangkar.

Tujuannya, agar benda-benda tersebut tidak bergeser terbawa arus dasar laut.


SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: