
NUSANEWS - Setelah aksi damai 212, bukan hanya koalisi recehan Jokowi saja yang pusing tujuh keliling. Selain Jokowi sendiri yang pusing, para Bandar taipan bau naga sekarang pun ikut pusing.
Karena ongkos untuk memenangkan Jokowi saat ini sudah jauh lebih besar dibanding saat memenangkan Jokowi pada saat 2014 lalu.
JK saja untuk menjadi wapres harus setor 6T loh. gimana Bandar ?
Ya ongkos politik di Indonesia untuk sekelas Pemilihan Presiden sangatlah besar. Bisa habis belasan hingga puluhan triliun rupiah.
Bayangkan kekuatan uang besar yang saat ini berada di kubu Jokowi
Mereka di 2014 mendukung Jokowi karena Jokowi dapat melancarkan berbagai proyek strategis untuk menambah pundi-pundi uangnya.
Cacing 9 naga lebih memilih memodali Jokowi di Pilpres 2014 yang lalu karena mereka tau Jokowi mudah dikendalikan.
https://pilpres.tempo.co/read/1150034/tomy-winata-dukung-jokowi-tkn-belum-ada-sumbangan-dana-kampanye
Akhirnya dengan sokongan dana besar Jokowi terpilih sebagai presiden 2014, namun apakah pada pilpres 2019 mendatang nasibnya akan sama ?
Melihat gelombang aksi damai 212 tahun 2018 kemarin, jumlah peserta jauh melebihi aksi damai 212 tahun 2016 di saat mayoritas kaum muslim ingin ahok dipenjara karena penistaannya terhadap ayat suci Al Quran.
Pada saat itu, sekitar 7 juta orang menghadiri aksi damai.
Di tahun ini, banyak pihak yang menghitung dengan berbagai metode, termasuk dengan cara menghitung jumlah IMEI dari ponsel aktif yang berada di lokasi reuni 212, mengatakan ada sekitar 8 juta s/d 13 juta umat yang hadir.
Dari peserta yang begitu banyak, hampir tidak ada satupun dari peserta aksi yang menginginkan Jokowi kembali terpilih, dikarenakan mayoritas muslim sudah muak kepada rezim yang dicap oleh mereka sebagai rezim anti Islam dan anti Ulama.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181202075345-20-350455/massa-reuni-aksi-212-serukan-prabowo-subianto-presiden-2019
Bandar pernah pula bertaruh besar pada saat Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana Ahok yang didukung cacing 9 naga tak berkutik.
Biaya triliunan rupiah untuk memenangkan Ahok kala itu menguap begitu saja, dan kekalahan Ahok adalah kekalahan Bandar, karena kemudian disusul dengan tutupnya proyek reklamasi teluk Jakarta.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180926133846-20-333342/anies-baswedan-hentikan-reklamasi-teluk-jakarta
Bukan hanya merugi triliunan rupiah dari modal kampanye Ahok saja, tapi secara bisnis, reklamasi ditutup menjadi pukulan yang sangat telak yang membuat cacing 9 naga berpikir ulang untuk tetap mendukung Jokowi.
kekuatan uang Cacing 9 Naga di kubu Jokowi vs ketulusan Mujahid 212, siapakah yang akan memenangkan pertarungan Pilpres 2019 ?
Tentu Bandar akan berpikir ulang, karena ongkosnya jauh lebih besar dan belum tentu menang.
Setelah banyak kalah di beberapa proyek besar, Bandar dipastikan akan lebih merugi jika prospek proyek yang diidamkan nanti bakalan banyak yang ditutup oleh kubu oposisi.
Ahok adalah contoh nyata kekalahan uang, di mana uang tak sedikitpun dapat mempengaruhi kekuatan ideologi Mujahid 212.
Karena kekuatan uang hanya bisa membeli rakyat yang bodoh, tetapi tidak dapat membeli ideologi agama atau akidah.
13,4 juta Mujahid 212 membawa isu kemiskinan, anti kriminlisasi ulama, dan ketidakadilan, serta yang menjadi agenda utama adalah #2019GantiPresiden
Oposisi mempunyai mesin politik Mujahid Militan yang tak terbeli oleh uang, karena perjuangan untuk mengganti presiden di 2019 adalah wajib sebagai perjuangan umat muslim di Indonesia.
Ini adalah amar maruf nahi munkar, mengganti kepemimpinan nasional adalah harga mati bagi mujahid 212, tak bisa ditawar karena bagi mereka uang tak mampu menyelelamatkannya di akhirat nanti.
Kekuatan mujahid bukan hanya solid terorganisir oleh para alim ulama, habaib-habaib hingga ustadz-uztadz, bagi mereka ini adalah jihad politik agar umat Islam di Indonesia tak lagi menjadi sasaran tembak penguasa yang anti Islam.
Mereka berjuang memenangkan kubu oposisi agar Indonesia damai tanpa adanya politik adu domba penguasa dengan cap radikalisme yang selalu penguasa sematkan kepada para Mujahid 212.
Jokowi memberi isyarat bahwa ideologi komunis tidak terlalu mengancam dibandingkan dengan radikalisme "Islam". lslamophobia?https://t.co/Fgk8RfIarZ— #TakeOver# (@GheMaX) 28 November 2018
Mujahid 212 tak dapat dibeli oleh uang ataupun diming-imingi paket sembako dari Bandar cacing 9 naga, dan Mujahid 212 justru ingin menyingkirkan kedzoliman dari bumi Indonesia
Untuk Cacing 9 naga, silahkan kalian kucurkan uang triliunan rupiah untuk menangkan jokowi, tapi perlawanan kami kepada rezim dan antek-anteknya juga akan semakin membesar
Silahkan kalian kriminalisasi ulama untuk memenangkan pilpres 2019, tetapi kami akan siap mati bela ulama dan menumbangkan rezim hingga titik darah penghabisan.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43152786
Kami adalah mujahid 212. Kami membuat posko-posko kemenangan oposisi di setiap sudut kampung-kampung, lembah-lembah dan gunung-gunung.
Dan tiap rumah mujahid 212 adalah rumah perjuangan untuk menumbangkan rezim dzalim
Seruan IB adalah nafas dan gerak juang kami untuk tidak kenal lelah, tidak kenal menyerah hingga rezim bertekuk lutut di bawah kedaulatan rakyat.
Dari aspek bisnis para Bandar, Jokowi sudah tak realistis untuk dipertahankan.
Dari sisi rakyat, Jokowi pun sudah tak disukai oleh sebagian besar rakyat.
Maka wajar saja jika Bandar saat ini ciut nyalinya menghadapi kekuatan rakyat yang sesungguhnya.
Ditulis ulang: Zeng Wei Jian
SUMBER