
NUSANEWS - Kekejaman dan kebrutalan kelompok kriminal dan separatis bersenjata (KKSB) di Papua harus dihentikan sekarang juga.
Dalam peristiwa sadis itu, kelompok separatis itu membantai 31 pekerja pembangunan infrastruktur di Kabupaten Ndunga, Papua.
Terkait peristwa tersebut, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo tak ingin aksi serupa terulang lagi di kemudian hari.
Karena itu, pria dengan panggilan akrab Bamsoet itu meminta TNI-Polri secepatnya mengerahkan kekuatan penuh ke Papua.
Tujuannya, tidak lain agar bisa menuntaskan masalah keamanan di tanah mutiara hitam itu sampai dengan akar-akarnya.
Demikian disampaikan Bamsoet kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/12).
“Kami mengutuk keras tindakan tersebut dan meminta saudara panglima TNI dan Polri untuk mengerahkan seluruh kekuatan yang ada,” tegas Bamsoet.
Politisi dari Partai Golkar itu menambahkan, peristiwa pembantaian 31 pekerja itu tidak boleh dianggap sepele.
Kalaupun untuk mengusut kasus tersebut dibutuhkan biaya besar, dirinya tidak mempermasalahkannya.
Asalkan, aksi keji serupa tak lagi terjadi di tanah Papua di kemudian hari.
“Khususnya pasukan-pasukan elite yang ada di satu kesatuan TNI-Polri,” tegasnya.
Dengan begitu, para perusuh dan pelaku gangguan keamanan di Papua bisa ditumpas bersih.
“Untuk memburu para pelaku tindak kekerasan dan kekejaman tersebut sampai ke akar-akarnya,” pungkasnya.
Diberitakan PojokSatu.id sebelumnya, pembantaian 31 pekerja proyek pembangunan infrastruktur itu terjadi pada 2 Desember 2018.
Hari ini, para pekerja memutuskan untuk tidak melanjutkan pengerjaan proyek karena sudah tahu hari itu menjadi peringatan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM).
“KKB ini memperingatinya dengan upacara bakar batu bersama masyarakat,” kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi, Rabu (5/12).
Namun, pada Minggu (2/12) sekitar pukul 07.00 WIT, anggota KKB mendatangi PT Istaka Karya dan memaksa seluruh 25 karyawan keluar.
Kemudian seluruh pekerja dibawa ke Bukit Puncak Kabo. Di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi 5 saf, lalu berjalan jongkok.
“Tidak lama kemudian, KKB dalam suasana kegirangan menari waita (tarian perang) dan berteriak-teriak khas di pedalaman Papua. Lantas secara sadis menembaki para pekerja,” beber Aidi.
Sebagian pekerja tertembak mati di tempat, dan sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah.
Setelah itu KKB meninggalkan para korban dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo. Sebanyak 11 karyawan yang pura-pura mati melarikan diri.
“Tapi mereka terlihat oleh KKB, sehingga mereka dikejar. Lima orang tertangkap dan digorok oleh KKB, sementara 6 orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua,”
“Saat ini, dua orang di antaranya belum ditemukan,” ujar Aidi.
Aksi brutal KKB tak berhenti disitu. Pada Senin (3/12) pukul 05.00 WIT, Pos TNI 755/Yalet yang mengamankan korban selamat, diserang oleh KKB bersenjata standar militer serta panah dan tombak.
“Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah pos, sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet atas nama Serda Handoko membuka jendela dan langsung tertembak dan meninggal dunia,” ungkap Aidi.
Anggota TNI lainnya yang berada di pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak senjata antara pukul 05.00 WIT hingga pukul 21.00 WIT.
Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, pada Selasa (4/12) pukul 01.00 WIT, Komandan Pos memutuskan mundur mencari medan perlindungan yang lebih menguntungkan.
“Saat itulah salah seorang anggota atas nama Pratu Sugeng tertembak di lengan,” kata Aidi.
Pada hari yang sama, Satgas gabungan TNI-Polri berhasil menduduki Mbua dan melaksanakan penyelamatan serta evakuasi korban.
“Saksi Jimmy Aritonang menyebutkan, 19 pekerja dipastikan meninggal dunia ditembaki oleh KKB di lereng bukit Puncak Kabo,” tutup Aidi.
SUMBER