DEMOKRASI.CO.ID - Pemerintahan Presiden Joko Widodo diharapkan dapat memproduksi vaksin Covid-19 secara besar-besaran tanpa mengandalkan luar negeri lantaran tanpa adanya kekebalan tubuh sama dengan membunuh orang.
Ekonom senior, Dradjad Wibowo mengatakan, pemerintah Indonesia agar dapat segera membuat vaksin Covid-19 tanpa mengandalkan negara lain yang belum tentu akan memberikan kepada Indonesia.
"Jadi kita tidak bisa mengandalkan vaksin dari negara lain. Karena itu kita perlu investasi besar-besaran, kita punya BUMN farma, kita punya beberapa perusahaan farmasi. Dana penanganan krisis ini yang dipakai Perppu (1/2020) kemarin itu ya itu harusnya itu ada investasi besar-besaran untuk vaksin dan pengadaan obat," ucap Dradjad Wibowo saat diskusi streaming pada Rabu malam (15/4).
Karena kata Dradjad, tanpa adanya vaksin maka sama dengan membunuh orang.
"Supaya apa? Supaya kita bisa mencapai herd immunitiy tapi dengan vaksin ya, herd immunitiy tanpa vaksin itu sama dengan membunuh orang. Herd immunitiy itu adalah dengan vaksin," tegas Dradjad.
Karena kata Dradjad, jika sebanyak 60 persen penduduk Indonesia terpapar Covid-19, maka akan membutuhkan biaya yang lebih besar jika hanya mengandalkan vaksin dari luar negeri.
"Dan untuk itu kalau asumsinya adalah 60 persen itu yang harus terpapar berarti harus di vaksinasi, itu paling enggak 136 juta penduduk harus di vaksinasi. Bisa dibayangkan kalau harganya Rp 50 ribu aja, sudah berapa itu? dan itu kalau satu kali SWAB dan biasanya vaksinasi ini gak cukup satu kali SWAB," jelas Dradjad.
Bahkan kata Dradjad, virus Covid-19 merupakan virus yang mudah bermutasi. Sehingga, vaksin dari luar negeri belum tentu kebal di Indonesia.
"Jangan lupa corona virus itu mudah sekali bermutasi, cepat sekali bermutasi. Di India sekarang sudah muncul mutasi jenis yang lain. Jadi kejar-kejaran kita. Nah kalau kita enggak punya vaksin nanti kita dapat vaksin yang untuk corona yang lama, corona yang baru kita gak punya vaksin. Nah karena itu bagi Indonesia menemukan dan memproduksi vaksin sendiri itu mutlak, itu harga mati," pungkasnya.(rmol)