DEMOKRASI.CO.ID - Calon tunggal dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada) Solo berpeluang tidak terwujud. Itu terjadi apabila Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berhasil menggalang koalisi untuk memunculkan calon alternatif melawan pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa yang diusung PDIP.
Ya, dengan hanya memiliki lima kursi di DPRD Solo, PKS belum memenuhi syarat untuk mengajukan pasangan calon. Masih kurang empat kursi untuk mencapai syarat minimal 20 persen kursi DPRD.
’’Masih ada harapan. Kami berusaha Solo ada calon alternatif,’’ kata Ketua DPW PKS Jawa Tengah Abdul Fikri Faqih kepada Jawa Pos kemarin (28/7). Koalisi yang terbentuk nanti memiliki waktu untuk mencari figur calon sebelum pendaftaran ke KPU pada 4–6 September.
Faqih belum yakin semua partai pemilik kursi di DPRD Solo sudah mendukung Gibran. Sejauh ini, kata dia, baru PDIP yang secara terang mendukung pasangan Gibran-Teguh melalui surat keputusan rekomendasi. Partai lain seperti PAN dan Gerindra yang masing-masing punya tiga kursi belum mengeluarkan rekomendasi secara tertulis. Hanya berupa dukungan secara lisan dari elite partai. ’’Artinya, kan masih ada kesempatan. Apa pun bisa terjadi sebelum keluar rekom tertulis,’’ kata wakil ketua Komisi X DPR itu.
Dia berharap pilkada Solo tidak sampai memunculkan calon tunggal. Jika calon tunggal, Gibran-Teguh akan melawan kotak kosong. ’’Itu tidak kondusif bagi Solo,’’ tegasnya. Selain itu, berimplikasi negatif bagi perkembangan demokrasi. Sebab, aspirasi dari pihak yang tidak mendukung Gibran tidak bisa tersalurkan. Itu akan berakibat rendahnya tingkat partispasi pemilih.
Sejauh ini, PKS melirik beberapa nama alternatif. Salah satunya cucu Paku Buwono (PB) XII, BRA Putri Woelan Sari Dewi. Kamis lalu (23/7) dia mendatangi kantor DPD PKS Solo dan menyatakan kesiapan maju di pilkada Solo. ’’Saya kira itu wujud keseriusan untuk ikut kontestasi,’’ ujarnya.
Selain nama Putri Woelan Sari Dewi, PKS masih berharap banyak kepada Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo. Hanya, ujar Faqih, kendala utama saat ini adalah komunikasi. Pihaknya belum bisa leluasa menjalin komunikasi secara face-to-face lantaran kondisi pandemi Covid-19. ’’Apalagi, sebelumnya beliau juga positif Covid. Kami masih memaklumi situasi ini,’’ paparnya.
Pemilihan Achmad Purnomo tidak terlepas dari urungnya yang bersangkutan dicalonkan PDIP. Dilansir Jawa Pos Radar Solo, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD PKS Surakarta Sugeng Riyanto mengatakan, selain berpengalaman, Purnomo dianggap memiliki semangat yang masih membara.
’’Saya kira Pak Pur dapat menjadi simbol perlawanan sekaligus pihak yang terzalimi dalam hal praktik dinasti politik,’’ kata Sugeng. Publik, lanjut dia, akan sangat memahami ketika Purnomo menyatakan siap maju. ’’Selama ini, Pak Pur memberikan kontribusi segala macam kepada PDIP, kemudian dijanjikan ini itu, lantas diberikan janji yang kemudian diingkari,’’ imbuhnya. Soal pasangannya, PKS memiliki beberapa nama. Salah satunya Ketua DPD PKS Solo Abdul Ghofar Ismail.
Sugeng menyatakan, pihaknya terus melakukan lobi untuk bisa mendapatkan mitra koalisi. Lobi yang dilakukan tidak sebatas dengan ketua partai politik di tingkat kota, tetapi hingga tingkat pusat. ’’Karena pilkada Solo ini kelasnya bukan lagi daerah, tetapi sudah nasional. Pimpinan-pimpinan di tingkat pusat juga terus melakukan penetrasi dengan partai lain agar dapat mengusung calon,’’ katanya.
Secara terpisah, Achmad Purnomo mengaku pernah dihubungi PKS untuk maju sebagai bakal calon wali kota melawan Gibran. Namun, saat itu dia belum memberikan jawaban lugas. Purnomo memilih untuk melihat peta politik di Kota Surakarta terlebih dulu. ’’Nanti last minute, kita lihat saja. Sementara saya belum bisa memutuskan,’’ katanya. []