logo
×

Senin, 01 Februari 2021

Alissa Wahid Tegaskan Abu Janda Bukan Bagian dari Poros NU

Alissa Wahid Tegaskan Abu Janda Bukan Bagian dari Poros NU

DEMOKRASI.CO.ID - Sosok Permadi Arya sedang ramai dibicarakan publik karena cuitan-cuitannya yang dinilai meresahkan. Dalam setiap kesempatan, pria yang memiliki nama lain Abu Janda ini kerap mengenakan atribut Barisan Ansor Serbaguna (Banser) atau bahkan merasa mewakili Nahdlatul Ulama (NU). 

Menurut Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, orang-orang semacam Abu Janda itu sangat mengganggu karena bukan bagian dari kelompok atau poros NU, tapi seringkali bicara soal agama. Dengan kata lain, Abu Janda sesungguhnya tidak punya otoritas untuk, misalnya, mengatakan bahwa Islam adalah agama arogan.

“Dia (Abu Janda) tidak benar-benar menguasai ilmu agama, artinya kita nggak pernah melihat dia sebagai bagian dari kelompok atau poros-poros NU. Jadi dia kan bukan bagian dari poros-poros NU, pesantren juga enggak,” ungkap Alissa, kepada NU Online, Sabtu (30/1) lalu.

Namun sayangnya, atribut NU selalu menempel di tubuh Abu Janda sehingga sebagian orang melihat bahwa dirinya adalah bagian dari NU. Sebagian lagi menilai, penggunaan atribut NU oleh Abu Janda dengan berbagai ulah kurang baik yang sering dilakukan selama ini dianggap sebagai bagian dari penistaan terhadap NU.

“Nah pesan kita menurut saya sih lebih banyak ke masyarakat, hati-hati terhadap orang yang mengklaim dirinya adalah NU. Kalau ada orang yang menyebut dirinya NU ya kita nggak bisa apa-apa. Boleh-boleh saja,” katanya.

Namun jika ingin menjadi orang NU, tegas Alissa, harus senantiasa menjunjung tinggi nilai atau prinsip Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah seperti tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), tawazun (berimbang), i’tidal (tegak lurus), dan amar makruf nahi mungkar.

Alissa menilai Abu Janda sudah sangat berlebihan. Bahkan dalam setiap aktivitas dan perbuatannya, Abu Janda sudah tidak lagi menerapkan nilai-nilai tawasuth, tasamuh, dan i’tidal yang menjadi prinsip beragama warga NU. 

“Saya sih keberatan dia dianggap merepresentasikan NU karena NU tidak begitu. Hikmahnya adalah kita semua menjadi lebih ngeh (mengerti), seperti apa sih seharusnya menjadi orang NU itu. Itu hikmahnya,” tutur Alissa. 

“Ketika sekarang orang ribut dengan perilaku Abu Janda dan mempertanyakan masa NU begitu (karena menilai Abu Janda adalah bagian dari NU)? Nah sekarang publik kita kasih tahu bahwa kalau orang NU, cara bersikapnya tidak seperti itu,” sambungnya.

Lebih lanjut ditegaskan, jika cara bersikap Abu Janda seperti maka jangan merepresentasikan NU. Sebab Nahdliyin berkhidmah untuk NU dengan mengedepankan prinsip-prinsip Aswaja An-Nahdliyah. 

“Orang NU itu berkhidmah untuk NU-nya, bukan (seperti) dia yang malah justru memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi,” kata Alisssa.

Tinjau ulang status keanggotaan Banser Abu Janda

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif meminta Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor perlu mengecek kembali status keanggotaan Abu Janda. Jika tercatat sebagai Anggota Banser, Kiai Samsul menilai Abu Janda perlu dinonaktifkan. 

“Saya meminta kepada Ansor untuk meninjau ulang keanggotaannya kalau memang pernyataan-pernyataan Abu Janda disengaja dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Tidak hanya diberikan peringatan keras tapi juga dinonaktifkan dari anggota Banser,” tegas Kiai Samsul.

Peninjauan dan pencabutan status anggota Banser untuk Abu Janda itu dimaksudkan demi ketertiban, karena Abu Janda kerapkali menjadikan NU sebagai tameng pelindung, sebagai organisasi induk Banser. 

"Ini demi ketertiban anggota Banser karena Abu Janda sering menjadikan NU itu sebagai tameng pelindung, sebagai organisasi induknya,” tegasnya. []

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: