DEMOKRASI.CO.ID - Kabar keberadaan Jurubicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman, dalam WhatsApp Group (WAG) Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) yang melaporkan dan menuduh Din Syamsuddin radikal jelas memicu banyak pertanyaan di benak publik.
Publik pun jadi menduga-duga ada kontribusi Fadjroel dalam laporan dan tuduhan radikal yang dilakukan GAR ITB terhadap Din Syamsuddin.
"Menimbulkan berbagai pertanyaan dan spekulasi publik. Apakah Fadjroel menjadi bagian otak atau bagian dari langkah pelaporan dan tuduhan radikal terhadap Din Syamsudin," ujar pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (16/2).
Jika benar Fadjroel menjadi bagian otak dari pelaporan dan tuduhan itu, lanjut Saiful Anam, maka bertentangan dengan permintaan Presiden Jokowi kepada publik agar tidak takut melakukan kritik terhadap pemerintah.
"Kalau melihat apa yang dilakukan Din saya kira, dan diakui bahkan oleh Menkopolhukam (Mahfud MD) bahwa Din tidak radikal, lebih tepatnya ia merupakan tokoh yang kritis terhadap penyelenggaraan pemerintahan," jelas Saiful.
Saiful pun menyarankan, jika benar-benar niat untuk mendapatkan lebih banyak masukan, kritik, dan saran, maka Presiden Jokowi harus mempertimbangkan untuk merombak struktur organisasi terdekatnya.
Sehingga, masyarakat tidak merasa takut dan terancam untuk memberikan kritik terhadap jalannya roda pemerintahan.
"Bukan hanya hukumnya, akan tetapi orang-orang terdekat Presiden harus dipastikan tidak menghalang-halangi, bahkan tidak antikritik terhadap jalannya roda pemerintahan," pungkas Saiful. (RMOL)