logo
×

Jumat, 03 Februari 2023

Moeldoko yang Kena Sundul, Ali Ngabalin yang Meradang ke Faisal Basri: Kepengen Ku Ludahi Wajahmu Serta Hatimu...

Moeldoko yang Kena Sundul, Ali Ngabalin yang Meradang ke Faisal Basri: Kepengen Ku Ludahi Wajahmu Serta Hatimu...

DEMOKRASI.CO.ID - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri membuat pernyataan dan menyematkannya Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai raja konflik kepentingan atau 'King Conflict of Interest.'

Pernyataan ini membuat Tenaga ahli Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin meradang. Ia menyebut Faisal Basri si Raja Fitnah dan busuk hatinya.

"Lagi-lagi si Raja FITNAH, namamu bagus Faisal Basri sangat islami tapi BUSUK hatimu," tulis @AliNgabalinNew yang dikutip Populis.id pada Jumat (3/2/2023).

Ngabalin juga mengaku ingin meludahi wajah Faisal basri karena dinilai iri dengan Moeldoko. 

"Engkau memfitnah saudaramu se-iman dengan sangat keji dia seorang mukmin yang setiap saat memelihara 5 waktunya dengan tertip. Kepengen kuludahi wajahmu serta hatimu yang penuh iri dan denki," katanya.

Lagi-lagi si Raja FITNAH, namamu bagus Faisal Basri sangat islami tapi BUSUK hatimu. engkau memfitnah sdrmu se-iman dgn sgt keji dia seorang mukmin yg setiap saat memelihara 5 waktunya dengan tertip. Kepengen kuludahi wajahmu serta hatimu yg penuh iri dan denki. pic.twitter.com/OS9oVOcJzZ

— Ali Mocthar Ngabalin (@AliNgabalinNew) February 2, 2023

Sebelumnya, Faisal Basri menyebut Moeldoko sebagai raja konflik kepentingan saat menjadi pembicara pada peluncuran Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi yang digelar Transparency International Indonesia (TII) di Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).

Awalnya dia memaparkan tentang bahaya dari konflik kepentingan. Di mana kondisi konflik kepentingan di Indonesia sudah membahayakan.

"Kalau benturan kepentingan itu masih beradab ya. Kalau ini berkelindan, menyatu dia. Enggak jelas lagi penguasa dan pengusaha itu enggak jelas. Tidak ada batas institusi demokrasi," ujar Faisal Basri.

"Dan kita sudah sampai pada satu titik yang menurut saya sudah SOS (darurat)," sambungnya.

Dia mengatakan para investor yang masuk ke Indonesia menyadari terdapat political risk yang membahayakan usaha mereka.

Karenanya investor dari luar negeri tidak ingin berlama-lama di Indonesia. Salah satu sektor yang disasar adalah energi nikel.

"Nah dia akan pilih proyek-proyek yang keuntungannya cepat. Keuntungannya cepat, dia tidak membangun infrastruktur segala macam, pokoknya keruk secepat mungkin bawa pulang, nah itulah smelter nikel," jelasnya.

Agar cepat mendapatkan keuntungan dalam waktu yang cukup singkat mereka mencari sokongan perlindungan dari penguasa.

"Penguasa itu yang mampu membuat Undang-Undang, mampu memberikan fasilitas luar biasa, seperti tidak bayar pajak keuntungan selama 20 tahun," ujarnya.

Lebih lanjut, investor dari luar tidak memerlukan public relation atau humas. Faisal Basri menyebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan telah mengambil peran itu.

"Mereka tidak perlu PR (public relation), karena PR-nya Luhut Pandjaitan sendiri. Enggak perlu PR, jadi murah sekali. Nah itulah yang namanya bukan conflict of interest lagi tapi berkelindan," sebutnya.

Lantas Faisal menyebut raja dari konflik kepentingan itu berada di Istana Negara, yaitu Moeldoko.

"Dan 'raja conflict of interest' itu adalah Moeldoko. Ada di pusat istana," ujarnya.

Dia menyebut Moeldoko mengurus Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS).

"Sepanjang Moeldoko ada di situ yang diurus OSS, ya kan? OSS kemudian apalagi, pengadaan barang oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) itu kecil semua.Itu kan yang namanya petty corruption," ujarnya.[populis]

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: