
NBCIndonesia.com - Presiden Joko Widodo telah melecehkan para demonstran dengan menuding pelaku unjuk rasa hanya punya tujuan ingin “masuk koran” (diberitakan media massa).
Kesimpulan itu disampaikan pengamat politik Zainal Abidin kepada intelijen (19/11). “Selama ini demonstrasi saja tidak pernah diberitakan media karena selama ini, media besar hanya berpihak pada penguasa. Dari sini pernyataan Jokowi sudah terbantahkan,” jelas Zainal.
Kata Zainal, Jokowi merasa di atas angin dengan dukungan berbagai media. “Media online terbesar arah pemberitaan mendukung pemerintah, koran terbesar juga. Makanya Jokowi merasa di atas angin dan menyudutkan kelompok demonstran,” papar Zainal.
Di sisi lain, kata Zainal, peran media sosial tidak bisa dianggap remeh ketika berbagai media mendukung pemerintah. “Lihat saja trending topic Indonesia maupun dunia di Twitter mengkritik Jokowi. Tentu saja Jokowi mengamati hal ini,” ungkap Zainal.
Sebelumnya Presiden Jokowi menganggap orang demonstran itu hanya ingin tampil di koran maupun media lainnya.
“Saya pikir ini benar nggak ya. Ini mungkin yang dikehendaki demo mungkin seperti itu. Ada satpol, ada polisi, kemudian nanti dorong-dorongan iya kan, ada gebuk-gebukan, biar apa? biar besok masuk koran. Saya pelajari bolak balik, lebih lima kali, oh mungkin yang diingini itu,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (18/11).(itl)
Jokowi Sebut Kebanyakan Demonstrasi Tujuannya Masuk Koran
Presiden Joko Widodo selama ini rupanya memantau aksi demonstrasi. Hal itu dilakukan bahkan saat ia masih menjabat sebagai Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Orang nomor satu di Indonesia ini pun punya wacana terkait dengan aksi demonstrasi.
Jokowi menganggap, banyak hal yang disampaikan dalam aksi unjuk rasa itu tak sepenuhnya benar. Selain itu, masih banyak demonstrasi yang terlalu memaksa meski beberapa perwakilan telah diterima.
Selama menjadi Wali Kota Solo, di tahun-tahun awal dirinya menjabat juga mengalami hal serupa.
Banyak yang melakukan aksi demonstrasi, yang tak jarang berujung bentrok. Waktu di Solo, kata Jokowi, saat ada demonstran maka pintu gerbang ditutup. Satpol PP langsung menjaga pintu bagian depan. Di belakang itu, ada pelapis dari pihak Polres.
"Saya pikir ini benar nggak ya. Ini mungkin yang dikehendaki demo mungkin seperti itu. Ada satpol, ada polisi, kemudian nanti dorong-dorongan iya kan, ada gebuk-gebukan, biar apa? biar besok masuk koran. Saya pelajari bolak balik, lebih lima kali, oh mungkin yang diingini itu," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 18 November 2015.
Situasi itu juga terjadi saat dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dia mengakui, saat itu masih sering mengundang perwakilan para demonstran. Bahkan Jokowi mengaku, dirinya juga sempat dihubungi kalau ada sekelompok demonstran yang mau demonstrasi di Kantor Gubernur.
"Kadang-kadang di depan Istana itu juga aparatnya banyak sih. Apa nggak usah pakai aparat ya. Biar nggak menarik gitu. Yang menarik kan karena dijaga aparat terlalu banyak," ujarnya.(vv)